Berlari kepada Yesus

secondhandsaintsblog.com
Minggu sore, 7 Februari 2021 saya berjalan kaki santai menelusuri gang kompleks di Rawa Lumbu. Cuaca memang agak mendung saat itu sekitar pukul 17.11 WIB.
Saya masih berjalan santai ketika rintik-rintik air dari langit turun mengenai kepala saya. Namun dalam sekian detik tiba-tiba gerimis menjadi hujan lebat. Saya pun mencoba berlari agak kencang menuju ke arah rumah mertua saya yang jaraknya sekira 30 meteran.
Saya cukup ngos-ngosan setiba di rumah. Badan pun sedikit kebasahan.
Ketika merefleksikan bacaan Injil Markus 6:53-56, perhatian saya ditarik pada ayat ini. “Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada.” (Markus 6:55)
Saya sempat membayangkan banyak orang berlari-lari, mungkin tergesa-gesa ketika mereka mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya menuju kepada Yesus untuk disembuhkan.
Saya kemudian membayangkan pula, betapa mereka berusaha secepat mungkin menghampiri Yesus dengan berlari-lari. Dugaan saya, mereka pasti cukup direpotkan dengan membawa tilam atau tempat pembaringan sekaligus si sakit tersebut.
Berbeda dengan era 2021 yang sudah memiliki alat cangih, seperti kursi roda, mobil ambulans, dan bahkan mungkin pesawat atau helikopter. Mungkin lebih mudah menggunakan sarana tersebut ketimbang tergopoh-gopoh berlari membawa orang sakit.
Bagi saya, Yesus itu sangat luar biasa hebat. Ke mana pun Yesus pergi, orang-orang memohon kepada Yesus supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya pun menjadi sembuh.
Saya menyadari keberdosaan saya membuat diri saya jauh dari Tuhan. Rasa-rasanya mustahil bagi saya untuk menjamah jumbai jubah Yesus pada detik ini.
Namun demikian, saya meyakini tidak ada yang mustahil bagi Tuhan untuk orang yang percaya dan mengasihi Yesus. Yesus berkuasa untuk menyembuhkan segala penyakit dengan berbagi sarana dan cara-Nya yang luar biasa.
Ada satu peristiwa iman yang saya alami ketika saya menjamah jumbai kain velum dalam Adorasi Sakramen Maha Kudus pada 4 Desember 2018. Saat itu saya meyakini bahwa Yesus hadir dalam Adorasi Sakramen Maha Kudus memberikan sesuatu yang terbaik untuk saya.
Sejak 4 Desember 2018 saya tidak lagi mengalami kesakitan nyeri saraf pada pinggang tengah bagian bawah di belakang badan saya (low back pain). Saya pribadi mengalami kesembuhan dari Yesus melalui Adorasi Sakramen Maha Kudus sejak saat itu hingga detik ini.
Dalam refleksi kali ini, apakah saya masih mau disembuhkan Yesus atau malah mencari pengobatan alternatif?
Apakah saya menyerah saja, pasrah, dan pasif seperti orang sakit di atas tilam yang akhirnya diusung oleh orang lain untuk memperoleh kesembuhan dari Yesus?
Ataukah sebaliknya, saya mau berusaha dengan sungguh-sungguh hingga berlari-lari menuju kepada Yesus untuk disembuhkan?
+Dimuliakanlah Tuhan detik ini, dan selama-lamanya. Amin.+
Refleksi Awam, Kalender Liturgi, 8 Februari 2021, Senin Pekan Biasa V
PF S. Yosefina Bhakti, Perawan dan PF S. Hieronimus Emilianus
1 thought on “Berlari kepada Yesus”