21 January 2025
IMG_20230913_085642

Sore hari, 12-9-23, saya mampir ke ATM di Pulo Gadung, Jakarta.

Biasanya sore hari tidak ada tukang parkir di ATM kantor cabang bank plat merah itu. Bawaan saya sudah malas saja untuk memarkirkan kendaraan; mau balik arah lagi tapi keburu perlu tarik rupiah.

Singkat cerita, saat mau keluar dari pintu ATM, saya merogoh-rogoh uang di tas kecil hitam saya. Seketemunya di tas, yang ada hanya koin seribuan dan gopean. Saya sempat ragu-ragu untuk memberi ke tukang parkir dengan uang di bawah standar normal biaya parkiran di Jakarta.

Lihat juga: Saat Ada Ganjalan Sama Orang Lain Sewaktu Berdoa, Ampuni Segera!

Perihal yang sangat penting bagi saya saat hati saya berdetak dengan gelombang frekuensi Gamma, 30-45 Hz setelah tukang parkir menerima dua keping koin dari saya dengan berkata:

“Terima kasih pak, hati-hati di jalan. Berkah dan sukses selalu. Selamat sampai tujuan, pak” ucap tukang parkir itu cepat dan jelas seingat saya, tapi kata-katanya itu menusuk masuk di gendang telinga saya hingga sel-sel darah saya.

Sejak sore sampai malam direfleksikan, saya terkesan dengan tukang parkir yang mendoakan pengendara seperti saya. Bagi saya sangat jarang ditemukan orang seperti tukang parkir sore itu.

Lihat juga: Tuhan Memberkati Kita Melalui Orang Lain

Tukang parkir biasanya itu, mereka muncul saat pengendara datang saja, lalu menghilang entah di pojokan mana, dan muncul lagi dengan menyepritkan bunyi peluit saat orang mau pergi dari parkiran. Dan berlalu pergi tanpa sepatah kata apa pun biasanya.

Namun berbeda dengan si tukang parkir yang saya temui saat itu, sosoknya sangat sederhana. Kata-kata doanya sungguh terkesan bagi saya, walaupun saya hanya memberikan koin di bawah standar bayaran wajar untuk parkiran di Jakarta yang biasanya IDR 2k-5k.

Dari peristiwa itu saya bersyukur kepada Tuhan. Masih ada orang saleh yang mendoakan orang lain.

Lihat juga: Mohon Kekuatan Tuhan

Saya memang tidak sempat melihat persis wajah si tukang parkir sore itu, tapi bagi saya, ucapan dan kata-kata tukang parkir untuk saya itu merupakan doa yang mulia.

Sungguh, jarang sekali saya menemukan orang yang tidak dikenal yang mendoakan orang lain. Bukan karena tukang parkir itu mendapatkan uang dari penjagaan parkirannya. Tapi menurut saya karena hati yang mulia itu bersedia mendoakan orang lain.

Sore itu dalam perjalanan pulang yang sempat terjadi kemacetan, membuat hati saya terus bergejolak. Uang koin cuma Rp1.500 itu dibalas dengan doa yang mulia.

Lihat juga: Tuhan Tidak Jauh Dari Doa Kita

Dalam refleksi ini, saya didorong untuk terus berdoa, bukan hanya bagi diri sendiri tapi juga bagi orang lain. Semoga Tuhan memberkati si tukang parkir itu.

Semoga juga masih ada orang-orang baik yang di dunia ini, keserdehanaan hidup, hati yang mulia, dan penuh kebaikan di tengah masyarakat. Dan harapannya saling mendoakan satu dengan yang lain.

“Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” 1 Tesalonika 5:16-18

The End

Salam Mecin “Mendengar dengan Cinta”

@Jakarta

SY Melki SP

Lihat juga: Tetaplah Setia Berdoa, Berdialog dengan Tuhan


Discover more from HATI YANG BERTELINGA

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Discover more from HATI YANG BERTELINGA

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading