12 December 2024
imanuel

Ketika saya merefleksikan bacaan Liturgi 25 Maret, perhatian saya tertuju pada bacaan pertama dari Yesaya 7:10-14;8:10, secara khusus kata Imanuel yang artinya: “Allah menyertai kita”.

Hari ini saya teringat kembali kata Imanuel yang pernah jadi kata penutup setiap kali SMS sewaktu masih zaman Mudika (istilah sekarang OMK: Orang Muda Katolik).

Sewaktu SMA dulu sekitar tahun 2004-2006 kata Imanuel sering kali saya sampaikan ketika mengirimkan pesan singkat (Short Message Service) via ponsel.

Kata “Imanuel” mungkin terdengar asing bagi orang yang biasa menyampaikan “GBU” (God Bless You) artinya Tuhan memberkatimu.

Saya meyakini kata Imanuel, Allah yang sungguh menyertai saya saat menjadi bahan tulisan refleksi saya pada salah satu mata kuliah perkuliahan di Program Studi Ilmu Pendidikan Teologi Atma Jaya Jakarta (2007).

Kata Imanuel muncul tiga kali dalam Alkitab, yaitu Yesaya 7:14, Yesaya 8:8 dan Matius 1:23.

Pengalaman hidup jasmani dan rohani selama ini hingga detik ini sungguh saya imani bahwa Allah tetap menyertai hidup saya.

Misalnya, pada hari Senin 25 Maret 2019, ketika mau keluar rumah pagi-pagi ternyata ban motor saya kurang angin. Saat diperiksa di tukang tambal ban ternyata ada paku sepanjang ukuran 3-5 centimeter tembus ke dalam ban belakang.

Ban motor yang terkena paku bagi pengendara motor itu sangat menjengkelkan karena bukan hanya karena tidak hati-hati melintasi jalan tapi juga karena ada oknum yang sengaja menebarkan paku di jalan raya.

Pada Hari Raya Kabar Sukacita ini, Allah tetap menyertai saya walaupun saya sempat kesal tertunda beberapa jam mengurus tambal ban motor saya.

Padahal saya sudah janji akan ke gedung kantor baru di daerah Kelapa Gading Jakarta Utara.

Dari Bekasi Utara, awan terlihat cerah, namun sampai di kawasan Pulo Gadung, hujan mulai gerimis dan tiba-tiba hujan deras.

Saya pun agak repot pakai jas ujan. Janjian dengan orang kantor jadi molor dari jadwal janjian sekitar pukul 10 pagi.

Setiba di kantor sudah pukul 11 lewat. Saya bergegas memeriksa kantor baru yang akan digunakan aktivitas kerja.

Suasananya nyaman, meski masih sepi karena perlengkapan meja dan kursi yang telah dipesan belum datang.

Ternyata dari toko mengabarkan bahwa barang tidak jadi diantarkan karena ada barang yang rusak dan mesti diganti lagi ke pabriknya.

Menjelang sore ini saya cukup bernafas lega. Semua perbincangan dengan pimpinan manajemen dan rekan kerja berjalan baik.

Sesudah makan siang saya sempat mengunjungi Gua Maria di Gereja Katolik Santo Yakobus yang tidak jauh dari kantor saya.

Saya bersyukur hari ini melalui doa kepada Bunda Maria, saya percaya bahwa Allah tetap menyertai saya hingga hari ini melalui segala peritiwa dan alam raya ini.

+Terpujilah Engkau Allah melalui Bunda kami, Maria, karena Kasih-Mu sepanjang waktu dalam hidup kami. Terima kasih atas dukungan doamu, ibu Maria, karena kami boleh menikmati hari raya kabar suka cita hari ini. Terima kasih Bunda, karena Engkau bersedia menjadi Ibu Tuhan kami, Yesus Kristus.

Kami berterima kasih Tuhan Yesus, bahwa sampai detik ini kami boleh menikmati pernyertaan kasih-Mu. Terima kasih Tuhan untuk kebaikan rahmat kasih-Mu, kami boleh bahagia mendapatkan kabar baik dalam hidup ini bahwa Yesus adalah Juru Selamat kami. Dalam kasih-Mu Yesus, kami yakin dan percaya kami selalu dalam pernyertaan-Mu. Alleluya. Amin. Imanuel.+

 

SY Melki SP

 

Refleksi Awam ini dibagikan untuk KVD-4, kolega, dan kerabat pada 25 Maret 2019. Saat itu saya sedang berada di sekitaran Jalan Raya Boulevard Bukit Gading Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada sore hari.


Discover more from HATI YANG BERTELINGA

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Discover more from HATI YANG BERTELINGA

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading