Prof Eddy OFM Mengaku Sedang Sakit, Mari Mendoakan Para Biarawan-Biarawati
Minggu pagi, 7 Maret 2021, saya mendapatkan kabar kurang baik, bahwa Pakar Sejarah Gereja, RP Prof Dr Antonius Eddy Kristiyanto, OFM yang mengaku sedang sakit.
Kabar kurang sehatnya Prof Eddy itu mengejutkan saya pagi-pagi saat beliau membalas pesan singkat saya, yang ingin mewawancarai beliau terkait berita Paus Fransiskus ke Irak.
“Maaf, saya sedang sakit,” kata Prof Eddy OFM kepada Melki Pangaribuan dari hatiyangbertelinga.com pukul 05.30 WIB, hari Minggu Prapaskah III.
Saya sempat membalas pesan beliau lagi, namun pesan saya tidak terbalas dengan tanda WhatsApp Prof Eddy OFM terakhir dilihat pukul 05.31 WIB.
Saya merasa khawatir, sakit apa beliau? Apakah tidak enak badan atau sakit lainnya? Ataukah masih dalam pemulihan dari sakitnya yang dulu?
Saya menduga-duga dan berpikir kian kemari khawatir dengan kondisi Guru Besar yang pernah menjabat sebagai Ketua STF Driyarkara itu.
Saya mencoba mengontak Imam Fransiskan lainnya untuk menanyakan kabar dan keadaan Romo Eddy OFM.
Namun jawabannya belum dapat dipastikan lagi berkaitan dengan kondisi kesehatan saudaranya dalam Ordo Fratrum Minorum itu.
Romo Thomas Ferry Suharto OFM mengatakan Prof Eddy OFM belum lama ini mendapatkan vaksinasi COVID-19 di Istiqlal.
Namun Romo Ferry tidak dapat memberikan keterangan lebih jauh terkait kondisi sesama saudaranya pengikut Santo Fransiskus dari Asisi itu.
“Yang jelas P. Eddy sudah vaksin [COVID-19) hari Rabu yang lalu di Istiqlal,” kata Romo Ferry OFM kepada Melki Pangaribuan, Minggu pagi (7/3/2021).
Romo Ferry menambahkan, “Saya [sendiri] ketemu beliau [Romo Eddy), sebab saya juga mau vaksin [COVID-19] karena sebelumnya petugas pendaftaran memasukkan saya ke daftar penerima vaksin [COVID-19] karena katanya kalau sudah sebulan bisa [vaksin tapi] nyatanya petugas menolak.”
Tanggapan Terhadap Polemik Buku Sejarah Gereja SMPTK
Dalam refleksi dan sharing ini, saya teringat belum lama ini, 3 Maret 2021, saya sempat mengirimkan pertanyaan kepada Prof Eddy, OFM tentang polemik buku Sejarah Gereja yang ramai dibahas para umat Kristiani dan warganet.
Memang Prof Eddy, memberikan jawaban singkat saat menghubungi via WA terkait polemik buku itu.
“Ini tanggapan saya tadi malam [Selasa, 2/4/2021]. Dimintakan oleh Bimas Kat[olik],” tulis Prof Eddy dengan menunjukkan penjelasannya lebih lanjut pada pukul 09.16 WIB.
“Mana Prof?” tanya saya penasaran pukul 09.17 WIB, hari Rabu (3/3/2021).
“Saya juga diminta Kemenag [Kementerian Agama] untuk memberikan tanggapan. Saya tulis kemarin sbb [sebagai berikut],” kata Prof Eddy dengan penjelasan lengkap yang kemudian dibolehkan untuk dimuat hatiyangbertelinga.com.
“Mengapa tidak bersabar. Semua perlu waktu,” kata Pater Eddy OFM dalam pesan singkat pukul 09.18 WIB.
Pagi ini pikiran saya agak cemas, sebab setahu saya, Pakar Sejarah Gereja di Indonesia yang bergelar Guru Besar yang saya kenal barulah Prof Eddy OFM.
Kondisi kesehatan beliau [Prof Eddy] menurut saya pribadi perlu diperhatikan, mengingat banyak biarawan-biarawati yang sakit pada masa pandemi COVID-19.
Meskipun, sudah sebagian para rohaniwan-rohaniwati di antara mereka telah mendapatkan vaksinasi prioritas oleh Pemerintah Indonesia.
Maksud saya menulis refleksi ini sangat sederhana yaitu untuk mengajak semua pihak khususnya umat Katolik agar ikut mendoakan Pater Eddy, OFM.
Saya ingin memberitahukan kepada saudara-saudari, bro n sis untuk mendoakan bukan hanya kepada Prof Eddy OFM secara khusus, melainkan semua orang yang sedang sakit, terutama mereka yang sedang sakit pada masa pandemi.
Meskipun hanya beberapa orang yang mengetahui tentang kondisi terkini Pater Eddy yang mengaku sedang sakit atau tidak.
Namun saya berharap beliau baik-baik saja dengan harapan tidak ada gejala berat pasca vaksinasi COVID-19.
Saya juga berharap tulisan sharing refleksi ini tidak perlu dibesar-besarkan atau dibilang lebay.
Saya mau katakan dalam refleksi kali ini, bahwa saya bersyukur kepada Tuhan telah menganugerahkan Prof Eddy OFM kepada saya dan mencerahkan banyak sahabat hatiyangbertelinga.com saat terjadinya polemik buku sejarah gereja yang viral beberapa hari lalu.
Tidak ada salahnya juga, saya dan para sahabat Hati Yang Bertelinga untuk bersama-sama mendoakan Pater Eddy yang mengaku sedang sakit melalui pesan singkat WhatsApp.
Mari kita berdoa dengan cara doa kita masing-masing di mana pun anda berada dengan intensi dan wujud doa masing-masing.
Semoga Pater Eddy, para imam, biarawan-biarawati di seluruh dunia dilimpahkan berkat kesehatan dan perlindungan dari Tuhan dan Bunda Maria.
Saya sendiri tidak menyediakan bahan doa atau anjuran rangkaian kata-kata doanya.
Silakan bapak ibu, bro n sis sahabat Hati Yang Bertelinga mendoakan mereka dengan doa pribadinya masing-masing. Terima kasih.
Tuhan Yesus Memberkati.
Pace e Bene.
Pax et Bonum.
AMDG.
“Tidak Semua Mengakui Konsili Ekumenis”
Sebelumnya Pakar Sejarah Gereja, RP Prof Dr A. Eddy Kristiyanto, OFM angkat bicara terkait isi Buku Siswa Sejarah Gereja Kelas VII untuk Sekolah Menengah Pertama Teologi Kristen pada halaman 24 buku itu yang menuliskan Gereja Katolik Roma merupakan bagian dari gereja Nestorian.
Profesor Sejarah Gereja itu mengatakan Nestorianisme dan Nestorius (Batrik Konstantinopel) dikutuk dalam Konsili Ekumenis di Efesus tahun 431.
“Aliran ini (Nestorianisme) dicap sebagai bidat. Tidak mungkin Gereja Katolik Roma mengikuti pandangan dan ajaran yang dikutuk oleh salah satu dari tujuh Konsili Ekumenis,” kata Prof Eddy kepada Melki Pangaribuan untuk hatiyangbertelinga.com, Rabu (3/3/2021).
Biasanya, kata Prof Eddy, baik Katolik Roma maupun Katolik Ortodoks, mengakui hasil tujuh Konsili Ekumenis itu.
Ketua Program Studi Ilmu Teologi STF Driyarkara itu mengaku aneh sekali dengan pandangan pendeta emeritus Protestan yang bukunya diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Dikrektorat Pendidikan Kristen, Kementerian Agama Republik Indonesia.
“Saya mencoba mengerti saja, tidak semua denominasi Kristen Protestan mengakui hasil atau keputusan tujuh Konsili Ekumenis. Kelompok-kelompok Pentalostal dan Reformed, evangelis dari Amerika Utara tak mengakui hasil Konsili tersebut dan mungkin karena tidak paham dan tidak tahu menahu,” kata Imam Fransiksan itu.
Guru Besar yang pernah menjabat sebagai Ketua STF Driyarkara itu menjelaskan lebih lanjut bahwa memang ada prasasti di China (dari studi Sam Hugh Moffett, A History of Christianity in Asia, 2 jilid, Maryknoll, 2005) yang menyatakan para misionaris nestorian sudah menerobos China pada abad ke-7.
Bahkan Al-Armini (penulis abad ke-12), kata Pater Eddy, memberi kesaksian bahwa ada gereja yang dibangun di Fansur/Barus (dekat Sibolga). Mazhab gereja itu adalah nestorian.
“Jadi, kendati nestorianisme itu dikutuk dan dibenamkan dalam Konsili Efesus, tetapi aliran ini berkembang di luar wilayah gereja universal, yakni di Persia, Indian Selatan, China, bahkan Fansur,” kata penulis buku “Gagasan yang Menjadi Peristiwa, Sketsa Sejarah Gereja Abad I-XV” itu.
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.