Prapaskah Bersama St. Fransiskus Assisi: Rencana Allah untuk Kita
Minggu Prapaskah III oleh Sdr Franski OFM
“Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!” (Luk 13:8)
Jika kita lupa akan segala hal dalam hubungan kita dengan Allah, kita perlu mengingat bahwa kita dipanggil pada sebuah perjanjian tak terputuskan dengan Yang Ilahi. Kemana pun tujuan kita, kita harus menjawab panggilan Tuhan.
Ketika Fransiskus berumur duapuluhan tahun, ia pergi berperang melawan tetangga kota, Perugia. Ia ditangkap dan dipenjara selama satu tahun. Ia pulang ke rumah dalam keadaan sakit dan menghabiskan waktu setahun berikutnya dengan berbaring di tempat tidur.
Ketika dalam masa penyembuhan dari sakitnya, ia menghabiskan waktu dengan hal-hal sederhana, keluyuran di sekitar kota, berdoa di kapel-kapel yang sudah ditinggalkan, berjalan-jalan di hutan dan lereng Gunung Subasio, menghabiskan waktu di gua-gua untuk pertama-tama mendengarkan kesunyian dan kemudian mendengarkan suara Allah.
Fransiskus bukanlah orang kudus pertama yang berjumpa dengan Allah selama sakit. Ada sesuatu tentang sakit yang serius yang membawa kita berhadapan dengan kematian dan kemudian mendorong kita mempertanyakan apa prioritas kita. Fransiskus rindu untuk menjadi seorang satria, seorang tentara, untuk melakukan hal-hal besar di ladang peperangan. Ketika ia kehilangan kemungkinan itu, ia mempunyai pilihan antara menghabiskan sisa hidupnya dalam tekanan sakit atau nasip buruk atau mendengarkan rencana-rencana Allah baginya.
Doa St. Fransiskus
Engkaulah hidup kekal kami: Tuhan yang agung dan mengagumkan, Allah Yang Mahakuasa, Penyelamat yang penuh belaskasihan. Amin.
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.