
Kamis Prapaskah II oleh Sdr Franski OFM
“Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.” (Luk 16:25)
Dibangun di atas sebuah bukit, kota abad pertengahan, Assisi memperlihatkan bagaimana pembagian sosial antara golongan tinggi dan rendah bukan hanya sebuah metafora.
Para bangsawan hidup di bagian pusat kota; orang-orang miskin di pinggiran; kelas pedagang yang mulai bersinar berada di antara mereka. Dan di luar tembok kota, di rawa-rawa, orang-orang kusta dan orang-orang buangan berjuang untuk tetap hidup.
Salah satu peristiwa yang menentukan dalam pertobatan Fransiskus yaitu pelukannya kepada orang kusta, menghancurkan sekat sosial dalam dirinya.
Peristiwa ini juga menginspirasi dirinya bukan hanya untuk peduli kepada orang miskin dan tersingkirkan, tetapi untuk hidup di antara mereka sebagai salah satu dari mereka.
Motivasinya adalah selalu ungkapan syukurnya yang tiada tara bahwa Yesus sendiri tidak mempertahankan keallahanNya, tetapi menjadi manusia seperti kita.
Tidak seperti orang kaya dalam Injil hari ini, Fransiskus tidak hanya memperhatikan orang-orang miskin dari kejauhan, ia melakukan apa yang ia bisa untuk meringankan penderitaan mereka.
Dia mendengarkan dan mengindahkan peringatan bukan hanya dari Musa dan para nabi, tetapi dari Dia yang telah bangkit dari antara orang mati.
Uang sebagai dasar ekonomi merupakan hal yang baru dan bahkan sangat revolusioner di zaman Fransiskus; juga merupakan sesuatu yang diterima begitu saja di zaman sekarang. Tetapi, bukankah prioritas kita dalam terang Injil adalah untuk menjual apa yang kita miliki dan membagikannya kepada orang miskin. Kita dan juga Gereja kita akan lebih baik lagi kalau melakukan ini juga.
Fransiskus yang sungguh mengidentikkan dirinya dengan orang-orang miskin di luar tembok Assisi ingin supaya nantinya dikuburkan di sana. Harapannya terpenuhi.
Empat tahun setelah kematiannya, ia dipindahkan dari sebuah gereja paroki di dalam tembok kota (St. Gregorius) ke sebuah basilika baru di luar tembok kota. Walaupun tak taulah apakah ia bahagia “tidur” di bawah gedung yang indah, megah nan mewah itu.
Doa St. Fransiskus
Engkaulah pengharapan kami, Engkaulah kepercayaan kami, Engkaulah cintakasih kami, Engkaulah seluruh kemanisan kami. Amin.
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.