Yuk Buat Resolusi SMART Tahun Baru

“It is important that when we make a resolution, or establish a goal, that we take the ACTION necessary to accomplish that goal.”― Steve Maraboli

HATIYANGBERTELINGA.COM – Setiap tahun umumnya kita punya resolusi dan target pribadi.

Awal tahun menjadi ajang membuka lembaran baru untuk memulai sesuatu yang baru pula. Jadi, lebih sering dimanfaatkan banyak orang untuk membuat momentum baru agar terwujud.

Menurut KBBI, resolusi berarti keputusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal.

Dengan kata lain, adanya keputusan yang dibuat oleh diri sendiri khususnya tentang tuntutan pribadi.

Baca juga: Mengenal Lebih Mendalam Harapan

Resolusi berasal dari diri sendiri maupun orang lain yang menyarankan diri kita sendiri untuk berubah ke arah lebih baik. Tetapi, paling berperan adalah diri sendiri yang menentukan.

Perlu ingat juga, bahwa resolusi harus jelas dan realistis agar dapat tercapai dan menurut (diri sendiri) apakah target tersebut penting, sehingga ‘harus’ dicapai.

Ada penelitian yang menjelaskan SMART untuk membantu kita mencapai resolusi.

Psikolog, Octavia Putri, MPsi, seperti dikutip hari Kamis (30/12/2021) menjelaskan mengenai SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Timely).

Mari kita bahas satu per satu tentang SMART.

Baca juga: Syukuri Segala Anugerah Kasih Tuhan

Specific kita harus jelas membuat resolusi tadi. Melibatkan 5W (What, When, Where, Who, Why).

Contoh mau turun berat badan berapa kilo dan berapa lama, dimana dilakukannya, kenapa penting, siapa yang mau menjalankan.

Contoh lainnya, mau punya pasangan, seperti apa pasangannya, apa yang bisa dilakukan, kapan menjalankannya, siapa target misalnya, kenapa penting mencari pasangan, dimana mencarinya. Pertanyaan tersebut dapat berkembang lagi ya, karena yang penting 5W-nya tadi.

Measurable alias dapat terhitung.

Jeffrey Gardere seorang psikolog menyarankan bahwa kita perlu mencatat perkembangan atau pun progress kita. Misalnya, sudah berapa hari dilaksanakannya atau apakah sudah tercapai dan kalau sudah tercapai bagaimana.

Dari sini pun, kita jadi lebih tergambar usaha yang kita lakukan sudah maksimal atau belum atau masih dapat dikembangkan lagi.

Baca juga: Tips Agar Ibu Tangguh Fisik dan Keuangan di Masa Pandemi

Achievable apakah resolusi kita bisa dijangkau atau diraih.

Intinya bagaimana mencapai resolusi kita agar lebih konkrit. Jika kita membuat target yang sulit kita capai, maka akan membuat kita frustasi dan mudah menyerah.

Jadi, perlu pelan-pelan bertahap. Misalnya, mau turun berat badan dalam seminggu 1 kilogram dulu. Bukan seminggu langsung 10 kilogram. Perlu bertahap.

Relevant apakah tujuan resolusi itu penting buat diri sendiri.

Salah satu pertanyaannya, apakah resolusi ini patut diperjuangkan dan apakah kita bisa melakukannya dengan konsisten?

Jadi, hal ini bisa sebagai pertimbangan kita membuat resolusi.

Baca juga: Lima Kiat Kurangi Kecemasan dari Berita Buruk

Timely adanya batasan waktu dan batasan untuk diri sendiri.

Supaya kita dapat fokus, maka perlu dijadwalkan.

Ibaratnya waktunya kapan mau mulai dan kapan selesainya. Apakah per minggu, per bulan, per tahun?

Nah, setelah memikirkan hal tadi kita perlu konsisten menjalankannya ya.

Menurut Joseph Luciani, biasanya resolusi hanya antusias diawal saja, minggu-minggu berikut atau bulan berikutnya sekitar 80 persen orang sudah tidak menjalankan resolusi yang ditargetkan sendiri.

Untuk menghindari berhenti ditengah, sepertinya dapat mencari bantuan professional agar dapat lebih terarah ya. Good luck.

Baca juga: Kiat Jaga Persahabatan Saat Pandemi


Discover more from HATI YANG BERTELINGA

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

  • Related Posts

    Tip Cegah Teknologi Batasi Interaksi Sosial Anak
    • May 17, 2025

    HATIYANGBERTELINGA.COM – Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, Adityana Kasandravati Putranto ​​​​menekankan pentingnya peran orang tua dalam membekali anak agar tidak terjebak dalam ketergantungan teknologi yang dapat menghambat hubungan sosial mereka,

    Ajarkan Anak Berpikir Kritis Pada Kecerdasan Buatan AI
    • May 14, 2025

    HATIYANGBERTELINGA.COM – Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Adityana Kasadravati Putranto mendorong orang tua mengajarkan proses berpikir kritis kepada anak agar tidak terbiasa mengandalkan hasil instan dari teknologi, termasuk kecerdasan buatan

    Leave a Reply

    Spiritualitas

    Mengasihi Tuhan Fondasi Kemanusiaan

    Mengasihi Tuhan Fondasi Kemanusiaan

    RIP Paus Fransiskus, Sosok Membelah Opini Publik

    RIP Paus Fransiskus, Sosok Membelah Opini Publik

    Kardinal Suharyo Ajak Umat Katolik Jadi Manusia Paskah

    Kardinal Suharyo Ajak Umat Katolik Jadi Manusia Paskah

    Alleluya Kristus Bangkit; Awas Halelupa Halelupa

    Alleluya Kristus Bangkit; Awas Halelupa Halelupa

    Yesus Menemani & Menopang Penderitaan Kita

    Yesus Menemani & Menopang Penderitaan Kita

    Menjadi Wajah Belas Kasih Allah

    Menjadi Wajah Belas Kasih Allah

    Syarat Dari Katolik ke Agama Lain, Lalu Ingin Menjadi Katolik Lagi

    Syarat Dari Katolik ke Agama Lain, Lalu Ingin Menjadi Katolik Lagi

    Sukacita Pertobatan

    Sukacita Pertobatan

    Mengembangkan Kerohanian

    Mengembangkan Kerohanian

    Doa Penutup Kegiatan

    Doa Penutup Kegiatan

    Discover more from HATI YANG BERTELINGA

    Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

    Continue reading