29 March 2024

Pastor Kopong MSF: Kelompok Katolik yang Persalahkan Konsili Vatikan II Hanya Jadi Pemecah Belah

4

HATIYANGBERTELINGA.COM – Pastor Tuan Kopong MSF menanggapi sekelompok orang Katolik, yang akhir-akhir ini merasa “paling tahu” dan paling kritis terhadap dokumen-dokumen Konsili Vatikan II.

Menurut Pastor Kopong, sekelompok orang katolik itu mempersoalkan keterbukaan dan toleransi Paus Fransiskus dan para paus sebelumnya terus mempersoalkan bahkan “mempersalahkan” Konsili Vatikan II termasuk Paus Fransiskus yang terbuka melakukan dialog.

Baca juga: Pastor Kopong MSF: Semakin Kalian “Mengganggu” Katolik, Kami Semakin Katolik

Namun menjadi pertanyaan Pastor Kopong kepada kelompok tersebut: “Teladan apa yang bisa diberikan untuk menunjukan ketaatan pada Gereja Katolik termasuk didalamnya adalah Paus?”

Pastor Kopong mengatakan kalau memperdebatkan dan mempersoalkan itu hak siapapun, namun jika tidak disertai dengan keteladanan ketaatan maka hanya memecah belah dan menjadi terang benderang bahwa mereka menjadi Katolik hanya sebatas pengetahuan saja dan bukan ketaatan iman.

Baca juga: Pater Kopong MSF: Katolik Tidak Menyembah Berhala

“Pengetahuan dibutuhkan namun bukan sekadar mempersoalkan, namun menjadi solusi di dalam mempertanggungjawabkan iman,” kata Pastor Kopong dalam tulisannya berjudul “Menjadikan Saya Seorang Katolik Dan Imam: Bukti Ketaatan Orang Tua Pada Gereja Katolik” yang dikutip hatiyangbertelinga.com, hari Sabtu (8/1/2022) dari akun facebooknya.

Menurut Pastor Kopong, semakin kita memperdebatkan dokumen-dokumen Konsili Vatikan II termasuk memperdebatkan keberadaan dan tindakan Paus Fransiskus, kita secara terang benderang mengerdilkan peran dan karya Roh Kudus di dalam Gereja dalam sejarah perkembangannya dengan segala persoalan, luka dan masa kelam yang dilalui.

Baca juga: Pastor Kopong Ajak “Netizen” Katolik Menjadi Misioner dengan Jiwa Martiria

“Kita harus mengakui dengan jujur masa-masa kelam Gereja hingga hari ini yang dilakukan baik oleh kita sebagai umat, para imam, biarawan-biarawati, Uskup sekalipun namun Gereja tetap berdiri kokoh kuat hingga hari ini bukan semata-mata karena kekuatan manusia tapi karena Roh Kudus yang terus berkarya membantu kita dalam kelemahan kita untuk bangkit dan memperbaharui diri serta terus mendoakan kita dalam hal ini Gereja kepada Allah (bdk. Rom 8:26; KGK. 741)”

Ketaatan dan kesetiaan menerima ajaran-ajaran Gereja termasuk dokumen Konsili Vatikan II serta ajaran-ajaran Paus adalah bagian dari karya Roh Kudus. Sebaliknya semakin memperdebatkan dan mempersoalkannya akan kelihatan dalam buahnya bahwa bukan Roh Kudus yang berbicara melainkan akal budi yang juga memiliki keterbatasan.

Baca juga: Pastor Kopong MSF Tetap Menjadi Seorang Kristen Katolik Terlepas dari Luka-luka Gereja

Dalam refleksinya Pastor Kopong yakin seyakin-yakinnya bahwa kedua orang tuanya mengajarkan kepada dirinya mengenai ajaran-ajaran Gereja termasuk dokumen Konsili Vatikan II dalam keteladanan dan ketaatan sebagai seorang Katolik termasuk kepada Paus.

Bapak dan mama saya tidak pernah tahu apalagi membaca segala dokumen Konsili Vatikan II dan dogma Gereja lainnya. Bapak saya masih bisa membaca dan menulis karena masih menemupuh pendidikan sekolah rakyat.

Baca juga: Pater Tuan Kopong MSF: Katolik Adalah Anugerah untuk Negeri Ini

Mama saya tidak bisa sama sekali, apalagi hidup dalam binaan omnya yang nota bene seorang Islam. Bahkan ketika 2 November 2012, saat saya meminta mama menelphon om Mat untuk menjemputnya agar memasang lilin di kuburan kakek dan nenek di desa Redon (kampung mama), mama malah menjawab; “ini khan belum Idul Adha nak.” Mama baru tahu bahwa 2 November adalah Perayaan Arwah Orang Beriman saat 2012 itu ketika saya menjelaskan kepadanya.

“Meski demikian saya tetap bangga dengan bapak dan mama saya karena mereka mengajarkan kepada saya ajaran-ajaran Gereja termasuk dokumen Konsili Vatikan II dalam keteladanan dan ketaatan sebagai seorang Katolik termasuk kepada Paus,” kata Pastor Kopong.

Baca juga: Pastor Kopong: Kehadiran Gereja Katolik Jadi Kegelisahan Ahli Taurat Zaman ini

Pastor Kopong menilai ketaatan bapak dan mamanya ditunjukkan dengan kerajinan mereka mengikuti misa secara khusuk setiap hari Minggu, berdoa secara pribadi, aktif dalam kegiatan stasi maupun komunitas basis. Mereka kadang juga kecewa dengan pastornya tapi tidak membuat mereka meninggalkan misa pada hari Minggu.

“Mereka mengantarkan saya menerima komuni pertama, sakramen krisma hingga menjadi seorang imam. Ketaatan dalam tindakan, pengajaran dalam keteladanan. Orang tua saya memegang teguh adat-istiadat namun urusan Gereja mereka taat mengikutinya bukan karena mereka tidak tahu soal dogma dan dokumen-dokumen Konsili Vatikan II namun karena iman yang nyata dalam nasehat dan teladan hidup rohani mereka,” katanya.

Baca juga: Pastor Kopong Sebut Gelar Kehormatan (HC) kepada Paus Fransiskus dari UIN Sunan Kalijaga sebagai Berkah Toleransi RI

Kita seharusnya malu sama orang-orang tua yang minim pengetahuan dan pemahaman tentang dogma termasuk dokumen-dokumen Konsili Vatikan II namun menunjukkan ketaatan iman mereka hingga hari ini.

Kerendahan hati mereka untuk setia pada Gereja meskipun secara pengetahuan mereka tentang ajaran-ajaran Gereja tidak seperti kita pada zaman sekarang adalah sebuah sinar dan cahaya kebenaran bahwa beriman selalu ada sisi misterinya namun dalam sisi misteri itu karya Roh Kudus selalu bekerja.

Baca juga: Pastor Kopong Malu, Sedih, Prihatin Ada Oknum Katolik “Menjual” Ayat Alkitab untuk “Membela” Israel