
2 Korintus 4:7-15
Matius 5:27-32
Shalom,
Hal kedua yang Kristus sampaikan tentang bagaimana Dia menggenapi pemahaman tentang kehendak Allah yang ada dalam hukum Taurat adalah tentang perzinahan.
Di dalamTaurat, berzina ditafsirkan sebagai melakukan hubungan seks dengan istri atau tunangan orang lain.
Penafsiran tentang larangan untuk berzinah (Keluarana 20:14) dipandang dari sudut bahwa kalau laki-laki berzinah, berarti dia telah melanggar hak laki-laki lain.
Penafsiran ini karena saat itu budaya di Timur tengah memang semua tertuju kepada kaum laki-laki saja.
Hal ini juga tampak di dalam Firman Tuhan yang ke 10 yang mengaitkan larangan berzinah dengan kepemilikan laki-laki:
‘Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini istrinya atau hambanya atau ternaknya atau apapun yang dipunyai sesamamu’ (Keluaran 20:17).
Lihat juga: Allah Melihat Segala yang Tersembunyi
Lihat juga: Bertobatlah, Manfaatkan Kerahiman Tuhan
Kristus mengajarkan, kehendak Allah dalam hukum ini bukan terutama menekankan dari ‘hak kepemilikan’ tetapi dari ‘keinginan’ di hati dan pikiran yang menjadi penyebab orang melanggar kehendak Allah.
Keinginan artinya sesuatu yang belum dilakukan tetapi sudah ada di dalam hati dan pikiran.
Dengan begitu Kristus menjelaskan bahwa yang dimaksud Tuhan dalam hal perzinahan bukan hanya sebatas perbuatan tubuh saja tetapi dapat dilakukan didalam hati: ‘Setiap orang yg memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzina terhadap dia di dalam hatinya’.
Membiarkan diri terjerat dalam keinginan untuk melakukan perzinahan terhadap seorang wanita telah melecehkan wanita tersebut.
Dengan demikian Kristus tidak berbicara sebatas hak laki-laki tetapi juga tentang menghormati martabat seorang wanita.
Lihat juga: Tiga Kunci Agar Wanita dapat Mengatasi Krisis Saat Pandemi
Lihat juga: Untuk Wanita dan Pria Periksalah Kesehatan Sesuai Usia Anda
Semua perbuatan berasal dari hati dan pikiran.
Hukum tentang: ‘Jangan menginginkan’ dimaksud untuk mencabut akar godaan berbuat dosa.
Untuk itu Kristus menegaskan lagi: ‘Jika mata menyesatkan, cungkillah dan buanglah. Jika tangan menyesatkan, penggallah’.
Kata-kata Kristus ini pasti bukan dimaksud untuk ditaati secara harafiah.
Di sini Kristus memakai gaya bahasa hiperbolis (berlebihan) untuk memberi perbandingan yang jelas agar kita mampu memahaminya.
Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan saja tidak cukup.
Yang sama pentingnya, harus mengambil sikap, tindakan nyata menghilangkan hal-hal yang dapat menyebabkan kita jatuh dalam dosa lagi.
Memang menghilangkan akar penyebab berarti melawan keinginan hati sehingga tentu menyakitkan dan perlu kemauan kuat, tetapi pengorbanan ini jauh lebih baik dari pada mengalami penderitaan kekal di neraka.
Lihat juga: Roh Kudus Memperbarui Hidup Kita
Lihat juga: Bekerja untuk Kehidupan Kekal
Berusaha untuk taat kepada kehendak Allah pasti sulit sehingga sangat mungkin kita mengalami kegagalan, kebingungan atau malahan nyaris patah harapan.
Dalam situasi seperti ini, kita dapat belajar dari Santo Paulus saat terus berjuang melakukan kehendak Allah:
‘Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit. Kami habis akal namun tidak putus asa. Kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian (oleh Tuhan), kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami’ (2 Korintus 4:8-10).
Kematian Kristus disalib adalah kematian yang sangat kejam dan menyakitkan, tetapi kematian itu yang mendatangkan kemuliaan melalui kebangkitan dan kenaikanNya ke surga.
Mentaati kehendak Allah sering amat menyakitkan karena harus melawan keinginan hati dan mematahkan segala kedagingan. Tetapi penderitaan itu tidak ada artinya dibanding kebahagiaan yang akan diperoleh dalam kerajaan Surga.
Allah juga tidak membiarkan kita berjuang sendiri.
Paulus dalam pergulatannya berpegang teguh pada iman pengharapannya:
‘Kami tahu bahwa Ia yang telah membangkitkan Tuhan Yesus akan membangkitkan kami juga (di saat tertindas godaan, merasa ditinggalkan sendiri, dalam kekecewaan dan keputusasaan) bersama-sama dengan Yesus (2 Korintus 4:14).
Setia dan taat kepada Tuhan didunia saat ini yang mengagung-agungkan kenikmatan-kenikmatan tubuh, pasti penuh dengan tantangan yang menuntut keberanian dan kemauan kuat untuk melakukannya.
Akan tetapi bersama Tuhan, dengan terus bersandar dan ingat akan kasihNya, kita akan mendapat kekuatan untuk menjadi pemenang.
Tuhan memberkati kita.
Lihat juga: Bersatu dalam Kasih Kristus
Lihat juga: Memperbarui Dunia dengan Perintah Kasih yang Baru
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.