
2 Korintus 3:15-4:1, 3-6 Matius 5:20-26
Shalom,
Setelah dengan tegas Kristus mengatakan Dia tidak bermaksud meniadakan hukum Taurat tetapi menggenapinya (Matius 5:17), Kristus mulai mengajarkan tentang berbagai kehendak Allah yang sesungguhnya, yang dalam banyak hal berbeda dengan yang selama ini diajarkan para ahli Taurat.
Kristus memulai dengan pesan: ‘Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga’.
Pernyataan ini keras dan pasti sangat mengejutkan mereka yang mendengarnya, karena selama ini ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dianggap sebagai orang-orang kudus yang sangat paham hukum Taurat dan tekun melakukannya.
Kristus mengingatkan kita akan hal ini karena orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menafsirkan Firman Tuhan sebatas secara harafiah serta melakukan hukum itu sejauh apa yang tampak (legalistis saja).
Dengan begitu mereka tidak menemukan apa sebenarnya kehendak Allah yang ada di dalamnya.
Lihat juga: Melakukan Kehendak Allah
Lihat juga: Memaknai “Tanda” Sesuai Kehendak Tuhan
Sebagai contoh atas pernyataanNya itu, Kristus mengutip perintah hukum Taurat yang melarang membunuh sesama (Keluaran 20:13).
Hukum ini ditafsirkan ahli-ahli Taurat sebatas membunuh tubuh.
Kristus menjelaskan bahwa yang dikehendaki Allah dalam hukum itu, bukan hanya pembunuhan tubuh saja tetapi juga segala hal yang dapat mendorong kita untuk melakukan pembunuhan, baik jasmani maupun rohani: kemarahan, iri hati, dendam atau menganggap orang lain sebagai orang kafir sehingga layak dibunuh kalau tidak mau bertobat.
Menuduh orang ‘jahil’ adalah sama dengan menganggap orang itu kafir, karena kata ini ditafsirkan dari bahasa Yunani ‘more’ yang berarti bersikap masa bodoh terhadap Tuhan.
Yang mengetahui apakah seseorang itu kudus atau pendosa adalah Allah, karena kita hanya mampu melihat dari luar, sedangkan Allah mengetahui segalanya termasuk apa yang ada di dalam hati dan pikiran orang yang terdalam.
Menuduh orang sebagai kafir atau jahil lalu menghukumnya, adalah sikap mendahului Allah yang didorong karena ketidakpercayaan akan kebijaksanaan Allah terhadap ‘orang berdosa’ itu.
Karena itu orang yang melontarkan tuduhan ini yang akan masuk ke dalam neraka, tempat orang-orang yang tidak percaya kepada kebijaksanaan Tuhan.
Lihat juga: Kebijaksanaan Allah
Lihat juga: Percaya Pada Kebijaksanaan Allah
Kristus lalu menggenapi arti firman ini dengan mengajarkan kita untuk tidak memendam kemarahan atau kebencian di dalam hati.
Percuma saja berdoa dan beribadat kepada Allah (dengan memberi persembahan diatas mezbah) kalau hukum Allah yang paling utama, yaitu mengasihi semua orang seperti Allah mengasihi kita, tidak mau kita lakukan.
Karena itu Kristus mengatakan, berdamailah lebih dulu dengan orang yang berselisih dengan kita, barulah kemudian bersujud di hadapan Allah, bukan secara lahiriah yang terlihat saja, tetapi dengan segenap hati.
Para ahli Taurat tidak mampu menemukan kehendak Allah yang sesungguhnya karena saat membaca Firman Tuhan mereka menutup hati dari bimbingan Allah dengan tidak lebih dulu membersihkan diri dari segala dosa dan nafsu-nafsu kedagingan:
‘Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa (hukum Taurat), ada selubung yang menutup hati mereka. Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya’ (2 Korintus 3:15-16).
Selubung yang menutup hati adalah kedagingan dan dosa-dosa mereka, sehingga dalam membaca Firman mereka tidak sungguh mencari apa kehendak Tuhan untuk dilakukan oleh diri mereka tetapi lebih ke arah bagaimana memanfaatkan Firman Tuhan untuk memenuhi kepentingan, ketamakan dan kebanggaan diri.
Lihat juga: Berdoa dan Mendengarkan FirmanNya
Lihat juga: Berlindung Pada Firman Allah
Seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang rajin beribadat dan membaca Taurat tetapi gagal menemukan kehendak Allah yang sesungguhnya, demikian juga kalau pada saat ini kita sudah (banyak) terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial, beribadat dan merenungkan Firman, kita tetap akan sulit menemukan kehendak Tuhan dan menangkap bimbinganNya kalau tidak mau membersihkan diri lebih dulu dari segala dosa dan nafsu-nafsu kedagingan.
Santo Paulus mengingatkan kita agar jangan sampai pikiran dan hati kita dibutakan oleh illah zaman ini yaitu kekayaan, kekuasaan, kenikmatan hidup yang membuat kita menjadi sombong, egoist, individualistis serta arogan, sehingga tidak mampu melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus yang merupakan gambaran Allah (2 Korintus 4:4).
Dengan hati yang bersih dan dalam semangat kerendah an hati untuk mau ditegur dan dibentuk Tuhan, kita perlu selalu belajar dari apa yang telah disampaikan Kristus dan melihat segala keteladananNya, sehingga dapat menemukan kehendak Allah yang sebenarnya, baik saat sedang berdoa dan membaca Firman maupun dalam segala kejadian/peristiwa yang dibiarkan Allah kita lihat atau alami.
Kitapun perlu berdoa memohon agar Roh Kudus selalu mengingatkan dan memberi kemampuan agar kita dapat melalukan apa yang dikehendaki Allah.
Tuhan memberkati kita.
Lihat juga: Berpuasa untuk Mendengarkan Kehendak Tuhan
Lihat juga: Roh Kudus Memperbarui Hidup Kita
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.