
Yesaya 43:16-21, Filipi 3:8-14, Yohanes 8:1-11
Shalom,
Dalam usaha untuk mempermalukan Kristus di hadapan banyak orang, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa ke hadapan Kristus seorang wanita yang kedapatan berzinah.
Mereka tidak membawa laki-laki yang berzinah dengan wanita itu, karena tujuan mereka bukan untuk mencari penyelesaian tentang perzinahan itu.
Mereka hanya menggunakan wanita itu sebagai ‘perangkap’ untuk menangkap Kristus.
Lihat juga: Dihakimi, Dimusuhi, Dihina, Segera Mengampuni!
Menurut hukum Taurat, wanita yang kedapatan berzinah harus dirajam batu sampai mati.
Kalau Kristus tidak setuju, berarti tuduhan mereka bahwa Dia melawan hulum Taurat, terbukti.
Tetapi kalau Dia menyetujuinya, Dia melawan hukum pemerintah Roma yang sejak tahun 30 melarang orang untuk menjatuhkan hukuman mati berdasarkan hukum Yahudi.
Lihat juga: Yesus Mendidik Orang Berdosa, Bukan Dirajam
Larangan ini juga yang membuat beberapa waktu kemudian pemimpin-pemimpin Yahudi tidak bisa menghukum mati Kristus, sehingga harus membawanya ke Pontius Pilatus, penguasa dari Roma di Yudea saat itu.
Kristus membungkuk lalu menulis dengan jariNya di tanah.
Alkitab tidak mencatat apa yang ditulis Kristus, karena hal itu bukan sesuatu yang penting yang perlu diperhatikan.
Lihat juga: Ngubah Hati Najis Jadi Berkat
Mungkin Kristus hanya mau melepaskan kejengkelanNya karena melihat betapa liciknya para pemimpin agama itu untuk menjebak Dia.
Di pagi hari itu banyak orang datang kepada Kristus untuk mendengar ajaran-ajaranNya, untuk lebih mengetahui kehendak Allah agar dapat hidup dalam kebahagiaan.
Tetapi orang-orang yang dipercaya menjadi pemimpin agama, datang kepadaNya untuk membunuh Dia.
Lihat juga: Keberanian untuk Bertobat
Padahal mereka sendiri tidak dapat membuktikan adanya kesalahan dari apa yang diajarkanNya.
Kristus lalu mengatakan: ‘Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu’.
Apa yang dikatakan Kristus, mengacu kepada hukum Taurat yang memerintahkan hukuman mati dengan dirajam batu kepada orang yang melakukan hal yang menjijikan di hadapan Allah (Ulangan 17:4-7).
Lihat juga:Bersujud di Hadapan Kristus
Dalam hukum ini yang pertama-tama harus melakukan hukuman mati itu, para saksi.
Jadi, kalau para ahli Taurat itu benar-benar melihat perzinahan itu, sebagai ahli Taurat mereka seharusnya tahu hukum yang tertulis itu.
Kenapa mereka tidak melakukannya?
Lihat juga: Beristirahat di Hadapan Tuhan
Wanita yang berzinah itu jelas melanggar Taurat.
Tetapi dengan tidak berani melakukan perintah hukum Taurat, ahli-ahli Taurat itu juga berdosa karena tidak mematuhinya.
Ahli-ahli Taurat itu tidak dapat berkata apa-apa lagi karena sadar jerat yang mereka lemparkan kepada Kristus, sekarang malahan berbalik kepada mereka sendiri.
Lihat juga: Keberanian untuk Bertobat
Karena itu satu persatu mereka pergi dimulai dari yang tertua.
Artinya yang lebih dulu menyadari hukum yang berlaku itu secara lengkap.
Ketika semua orang telah pergi, Kristus tidak ikut pergi meninggalkan wanita itu, karena Dia tidak berdosa.
Lihat juga: Kerendahan Hati dan Pertobatan
Dia lalu mengatakan kepada wanita itu: ‘Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang’.
Di sini Kristus menunjukkan kerahiman Allah yang lebih memilih memberi kesempatan bertobat dari pada menghukum tanpa ampun.
Dapat dibayangkan betapa bersyukurnya wanita yang hampir saja dibunuh dengan sangat memalukan itu.
Lihat juga: Dipanggil untuk Bertobat dan Mempertobatkan
Kita semua juga orang-orang berdosa dan kita tahu upah dosa adalah maut.
Tetapi dengan kerahimanNya, sama seperti terhadap wanita itu, Allah berkenan mengampuni dan memberi kesempatan untuk bertobat.
Terhadap kita, bahkan lebih dari itu, Kristus memberi kekuatan dari Roh Kudus agar tidak berbuat dosa lagi, kalau kita sungguh-sungguh mau percaya.
Lihat juga: Sempat Ateis; Bertobat dan Mengimani Yesus 100%
Inilah yang kita terima dalam Sakramen Rekonsiliasi/Tobat.
Banyak orang yang karena merasa malu mengakui dosa-dosanya mengabaikan kerahiman Tuhan yang tidak menghukum setimpal dengan dosa kita, malah memberi kesempatan dan kekuatan untuk tidak berdosa lagi.
Lihat juga: Malaikat-malaikat Allah Sukacita karena Orang Berdosa yang Bertobat
Lihat juga: Dosa Tidak Pernah Bercanda, Kristus Telah Menebus Kita
Allah menolong orang-orang Yahudi untuk keluar dari perbudakan yang keji di Mesir dengan kuasaNya yang dahsyat.
Allah membuat laut Teberau untuk sesaat menjadi kering sehingga bani Israel dapat menyeberanginya.
Di padang gurun, Allah tidak pernah lalai memberi mereka makanan sehingga akhirnya mereka dapat menempatiTanah Terjanji.
Lihat juga: Sikap Hati dalam Berdoa
Tetapi ketika mereka bertumbuh menjadi kuat, mereka menyingkirkan Yahwe, mengabaikan FirmanNya dan memilih menyembah dewa-dewa berhala yang mereka buat sendiri.
Inilah dosa besar nenek moyang bangsa Yahudi.
Karena itu Allah membiarkan mereka dihancurkan lawan-lawannya dan kembali mengalami perbudakan yang kejam di Babel.
Lihat juga: Ada Kuasa Allah dalam Kata-kataNya
Tetapi setelah sekian waktu berlalu, Allah kembali mengulurkan tanganNya.
Melalui nabi Yesaya, Allah mengatakan bahwa Dia akan mengembalikan bani Israel ke tanah Yehuda.
Mereka akan ditolong saat harus melalui padang gurun yang ganas, agar selamat sampai di tanah air mereka.
Lihat juga: Syarat Mengikuti Kristus
Allah memberi mereka kesempatan untuk hidup baru, untuk memperbaiki diri, agar mereka sadar betapa dahsyat kasih Allah (Yesaya 43:19-21).
Kristus berpesan kepada wanita yang hampir saja dibunuh, agar jangan berbuat dosa lagi.
Orang-orang Yahudi dibebaskan dari perbudakan untuk kedua kali, karena Allah ingin memberi mereka kesempatan memperbaiki diri.
Tetapi sejalan dengan waktu, mereka kembali lagi menyakiti Allah!
Lihat juga: Mengimani Proses dari Allah
Kitapun telah menikmati limpahan berkat dari Allah dan telah berkali-kali diampuni, tetapi apakah kita sungguh-sungguh telah bertobat?
Jerat dosa yang paling kuat adalah kenikmatan.
Setiap dosa memberi kenikmatan sesaat yang membuat kita sering ingin menikmatinya lagi.
Lihat juga: Menanggapi Teguran Allah
Karena itu Santo Paulus bersaksi dan meneguhkan kita agar dapat melawan setiap keinginan untuk kembali berbuat dosa.
Lupakan segala kenikmatan dosa dengan kesadaran bahwa itu semua sampah yang mengotori dan membahayakan diri.
Bersegeralah, berlari-larilah memperoleh hadiah dari Kristus yaitu panggilan surgawi, panggilan untuk menikmati kedamaian dan kebahagiaan hidup yang sejati dan kekal karena kerahimanNya (Filipi 3:8,13-14).
Lihat juga: Sapaan Ibu Tuhan Seperti Terjadi Pada Janin di Rahim Istriku
Tinggal satu minggu lagi kita akan masuk ke dalam pekan suci.
Adakah pertobatan yang telah kita dapatkan dalam masa pra Paskah ini?
Adakah suatu perbuatan/kebiasaan buruk yang telah dapat kita singkirkan?
Semoga kita dapat memanfaatkan kerahiman Tuhan dan kuasa Roh Kudus yang kita terima dalam sakramen rekonsiliasi, untuk bertobat dan memperbaiki diri.
Tuhan memberkati kita.
Lihat juga: Retret Suci: Beginilah Cara Santo Fransiskus Menjalani Prapaskah
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.