Kardinal Suharyo Ajak Umat Katolik Jadi Manusia Paskah

HATIYANGBERTELINGA.COM – Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo mengatakan Paskah 2025 merupakan momentum untuk menunjukkan kepedulian dan upaya membantu terhadap yang lemah dan dilemahkan, sebagai indikator bakti kepada Tuhan.

“Kalau keadaan bangsa itu tidak damai dan tidak sejahtera, baktinya kepada Allah itu bisa diragukan. Karena bakti yang sejati hanya bisa dilihat dari indikatornya. Ternyata di dalam sejarah umat Allah itu, yang sudah dibekali dengan segala macam yang bagus, itu semakin lama semakin luntur,” ujar Kardinal Suharyo di Jakarta, Minggu, usai Misa Pontifikal Minggu Paskah (20/4/2025).

Lihat juga: Biden Rayakan Paskah dengan Hewan Mitos Kelinci di Gedung Putih

Lihat juga: Paus Fransiskus: Pesan Paskah Tidak Memberikan Sebuah Mukjizat dari Situasi Sulit yang Kita Alami

Suharyo mengatakan manusia Paskah adalah yang membiarkan Kristus bangkit dalam dirinya. Adapun tanda-tanda orang semacam itu, yakni meneladani Yesus yang berjalan, berkeliling, sambil berbuat baik.

Banyak hal yang dapat dilakukan sebagai perbuatan baik tersebut, contohnya dengan menjadi penabur harapan.

Lihat juga: Syarat Dari Katolik ke Agama Lain, Lalu Ingin Menjadi Katolik Lagi

Lihat juga: Kronologis Foto Umat Katolik Misa di Sekolah yang Sempit; Ini Penjelasan Pihak Terkait

Dia mengatakan pada Tahun Yubileum 2025, ketika tatanan yang rusak diusahakan untuk dipulihkan agar orang yang tidak berdaya dapat bangkit kembali.

“Nah, Gereja Katolik, Keuskupan Jakarta, sedang merayakan ini, dan temanya tahun ini adalah Peziarah Pengharapan. Maka, umat Katolik dituntut, tidak hanya diminta, dituntut untuk mencari jalan supaya menjadi peziarah pengharapan dan penabur pengharapan,” ujarnya.

Sebagai masyarakat biasa, katanya, publik tidak mampu dan berwenang menentukan kebijakan.

Lihat juga: Uskup Harjosusanto MSF: Orang Katolik yang Tidak Moderat, Berarti Ada yang Salah dalam Penghayatan Beragamanya

Lihat juga: Katekese Krisma: Dewasa dalam Iman Katolik

Meski demikian, perbuatan baik tetap harus dijalankan.

Dia mencontohkan seorang perempuan jauh-jauh dari Pulau Kalimantan ke Jakarta untuk mengobati anaknya yang kena kanker.

Pihaknya menyediakan rumah teduh guna memfasilitasi keluarga tersebut.

Lihat juga: Pastor Kopong Ajak “Netizen” Katolik Menjadi Misioner dengan Jiwa Martiria

Lihat juga: Pater Kopong MSF: Katolik Tidak Menyembah Berhala

“Banyak teman-teman, bukan hanya orang, umat Katolik, tetapi lintas agama yang menyediakan hal seperti ini. Tanda pengharapan. Penabur pengharapan,” katanya.

Menurutnya, perbuatan-perbuatan baik tersebut tidak perlu besar.

Hal kecil, misalnya mematuhi aturan lalu lintas adalah salah satu langkah konkret yang dapat dilakukan, karena hal itu dapat memberikan harapan akan rasa aman bagi pengguna jalan lain.

Lihat juga: Pastor Kopong: Kehadiran Gereja Katolik Jadi Kegelisahan Ahli Taurat Zaman ini

Lihat juga: Penyelenggara Katolik Yulis Harapkan Baksos Lintas Agama Menyentuh Semua Umat

Dalam kesempatan itu, dia menyoroti ragam isu kemanusiaan di Indonesia saat ini, contohnya tindak pidana perdagangan orang (TPPO), judi daring, hingga korupsi.

“Luka-luka bernanah akibat korupsi ini merupakan dosa berat yang berteriak ke surga. Karena luka itu merongrong dasar-dasar kehidupan pribadi dan masyarakat, korupsi membuat kita tidak mampu melihat masa depan dengan penuh harapan,” ujar Suharyo mengutip Paus Fransiskus.

Isu-isu lainnya yang disoroti oleh Suharyo, seperti kekerasan rumah tangga dan antarwarga.

Lihat juga: Kardinal Suharyo Berkati Menag Yaqut dan Jajarannya

Lihat juga: KAJ Bantah Kardinal Suharyo Bahas Politik dengan Anies Baswaden

Suharyo mengatakan yang perlu dilakukan adalah mencari akar permasalahan berdasarkan tanggung jawab masing-masing pihak.

“Pemerintah, negara mencari akar dari masalah itu dan mencoba mencari jalan keluar. Dunia bisnis mesti mencari akar dari semuanya itu dan terlibat di dalam mengusahakan kebaikan bersama. Masyarakat, warga kita semua juga mencari jalan yang mesti kita temukan agar kita ikut berjalan sambil berbuat baik itu,” katanya.

Lihat juga: Tanggung Jawab Terhadap Gereja

Lihat juga: Menag Izinkan Umat Kristiani Natalan 100% di Gereja


Discover more from HATI YANG BERTELINGA

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

  • Related Posts

    Kultus Orang Kudus Bukan “Paganisme Disulap”

    Judul — Kultus Orang Kudus Bukan “Paganisme Disulap” — dipilih redaksi hatiyangbertelinga.com dari kesimpulan postingan facebook Romo Patris Allegro, yang dikutip hari Sabtu (1/11/2025) bertepatan Hari Raya Semua Orang Kudus

    Menguasai Lidah (Rekaman Pewartaan Mimbar)

    Rekaman audio-gambar pewartaan mimbar dengan tema “Menguasai Lidah” (Amsal 18:21) di Persekutuan Doa Perduki Chapter Timur, Jakarta Pusat, Rabu 29 Oktober 2025. Salam Mecin “Mendengar dengan Cinta”

    Leave a Reply

    Spiritualitas

    Kultus Orang Kudus Bukan “Paganisme Disulap”

    Kultus Orang Kudus Bukan “Paganisme Disulap”

    Menguasai Lidah (Rekaman Pewartaan Mimbar)

    Menguasai Lidah (Rekaman Pewartaan Mimbar)

    Berkat Imam, Kuasa Rahmat Kristus Mengalir dalam Kehidupan

    Berkat Imam, Kuasa Rahmat Kristus Mengalir dalam Kehidupan

    Pendidikan Bernafas Eros

    Pendidikan Bernafas Eros

    Mengasihi Tuhan Fondasi Kemanusiaan

    Mengasihi Tuhan Fondasi Kemanusiaan

    RIP Paus Fransiskus, Sosok Membelah Opini Publik

    RIP Paus Fransiskus, Sosok Membelah Opini Publik

    Kardinal Suharyo Ajak Umat Katolik Jadi Manusia Paskah

    Kardinal Suharyo Ajak Umat Katolik Jadi Manusia Paskah

    Alleluya Kristus Bangkit; Awas Halelupa Halelupa

    Alleluya Kristus Bangkit; Awas Halelupa Halelupa

    Yesus Menemani & Menopang Penderitaan Kita

    Yesus Menemani & Menopang Penderitaan Kita

    Menjadi Wajah Belas Kasih Allah

    Menjadi Wajah Belas Kasih Allah

    Discover more from HATI YANG BERTELINGA

    Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

    Continue reading