
Kejadian 15:1-12, 17-18
Matius 7:15-20
Shalom,
Kristus mengingatkan kita semua untuk waspada terhadap kehadiran nabi-nabi palsu.
Mereka akan datang dengan wajah domba tetapi hati mereka seperti serigala yang mencari kesempatan terbaik untuk memanfaatkan kelengahan atau ketidaktahuan kita untuk kepentingannya sendiri, sampai sehabis-habisnya dan tanpa belas kasihan sama sekali.
Kita perlu waspada karena tidak mudah mengenali mereka. Inilah ciri-ciri mereka:
- Mereka senang bicara tentang Allah, tetapi sesungguhnya hati mereka jauh dari Allah, jauh dari kasih sejati yang tulus.
- Mereka berbicara tentang iman, tetapi sebenarnya tidak membawa orang untuk semakin percaya dan mau bergantung kepada Allah, melainkan tergantung kepada dirinya, agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan diri atau kelompoknya.
- Mereka meyakinkan bahwa hanya pemahaman-pemahaman mereka sebagai satu-satunya yang benar sehingga orang-orang yang berbeda pendapat harus dibinasakan agar tidak menyesatkan ajaran Tuhan.
Apa yang mereka lakukan selalu dikatakan ‘demi Allah’ dan memberi kesan hanya mereka yang mengerti kehendak Allah.
Lihat juga: Nabi yang Dihargai di Negeri Siber
Lihat juga: Prapaskah Bersama St. Fransiskus Assisi: Nabi-Nabi Sejati
Nabi-nabi palsu ini sering berhasil memikat banyak orang untuk percaya dengan apa yang disampaikan mereka, tetapi mereka tidak akan membawa damai sejahtera yang sejati dihati pengikutnya.
Kristus mengatakan, untuk dapat membedakan nabi-nabi utusan Allah dengan nabi-nabi palsu adalah dengan melihat buah pekerjaannya, sama seperti sebuah pohon buah dapat dinilai baik/tidak dari buah yang dihasilkannya.
Buah yang dimaksud di sini bukan suatu prestasi atau pencapaian-pencapaian yang dikagumi dunia tetapi berupa perbuatan-perbuatan, sikap hati dan cara berpikir yang sesuai bimbingan Roh Kudus yang menghasilkan kasih, suka cita damai sejahtera, kesabaran, kemurahan hati, kebaikan, kesetiaan, kelemah kembutan dan penguasaan diri yang baik (Galatia 5:22-23a).
Dari pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik.
Dari cara berpikir dan sikap hati yang baik akan menghasilkan perbuatan dan kata-kata yang baik.
Pohon yang baik pasti mempunyai akar yang baik yang dapat menyerap makanan dan minuman dari tanah secara optimal untuk pertumbuhannya.
Demikian juga kita hanya dapat berbuat banyak kasih kalau mempunyai relasi yang baik dengan Tuhan.
Tetapi waspadalah, relasi dan kepercayaan kepada Tuhan akan teruji pada saat menghadapi hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan atau yang tidak mampu kita mengerti.
Lihat juga: Berbuahlah Sebelum Terlambat
Lihat juga: Segala Kepahitan menjadi Buah-buah Manis
Dalam usia 75 tahun, Abram yang hidupnya telah mapan bersama istrinya, diminta Allah untuk meninggalkan tanah air dan bangsanya ke suatu tempat yang akan ditentukan Tuhan kemudian.
Ketika sesuai petunjuk Tuhan Abram menempati Kanaan, Tuhan memberkati usaha-usaha dia sehingga dia bertambah kaya.
Akan tetapi Abram merasa galau karena sampai saat itu dia belum juga dikaruniai anak.
Allah memberi dia segala kesuksesan tetapi apa yang paling dia inginkan, yaitu mendapatkan keturunan, justru tidak juga dianugerahkan.
Karena itu Abram mengeluh kepada Tuhan:
‘Ya Tuhan Allah, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak dan yang akan mewarisi rumahku adalah Eliezer (hamba kepercayaannya), orang Damsyik itu’ (Kejadian 15:2).
Allah menjawab Abram dengan kembali berjanji bahwa dia akan mempunyai anak kandung dan malahan mengatakan anak-anak/ keturunannya akan menjadi sangat banyak seperti bintang-bintang di langit.
Tetapi Allah tetap tidak mengatakan kapan itu akan terjadi dan bagaimana itu bisa terjadi, padahal Abram dan istrinya sudah tua dan semakin hari semakin tua.
Meskipun begitu, Abram percaya akan janji Allah dan dia tetap dengan setia melakukan apa yang dikehendaki Allah (Kejadian 15:6).
Lihat juga: Jangan Mencurigai Kasih Allah
Lihat juga: Kebahagiaan Hamba Allah
Apakah kita tetap percaya kepada Firman Tuhan ketika sedang behadapan dengan situasi yang sulit dan/atau keadaan yang tidak menentu?
Apakah kita tetap percaya kepada Tuhan pada saat tidak mampu memahamiNya?
Sesungguhnya dalam menghadapi tekanan hidup itulah iman kepercayaan kita diuji kemurniannya oleh Allah.
Dalam situasi kondisi seperti itu, godaan untuk mencari allah-allah lain atau mencari nabi-nabi yang berani memastikan bahwa Tuhan ajan memberikan apa yang kita kehendaki, menjadi sangat kuat.
Dalam masa penantian yang sangat panjang, dalam keresahan akan kelangsungan hidup keluarganya, Abram tetap percaya kepada Tuhan dan kesetiaannya tidak luntur, karena dia punya relasi yang sangat baik dengan Tuhan.
Waspadalah selalu dengan pengaruh buruk dunia di sekitar kita dan godaan-godaan iblis yang dapat memakai nabi-nabi palsu untuk menyesatkan iman kita.
Mari dengan tekun terus membangun relasi yang erat dengan Tuhan, dengan tekun beribadah, merenungkan FirmanNya tiap hari dan berdoa dengan sepenuh hati sesering mungkin.
Tuhan memberkati kita.
Lihat juga: Berdoa dan Mendengarkan FirmanNya
Lihat juga: Berlindung Pada Firman Allah
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.