16 March 2025
IMG_20250225_075339

Sirakh 2:1-11, Markus 9:30-37

Shalom,

Dari kaki gunung dimana Kristus menyembuhkan seorang anak yang kerasukan setan dengan kata-kataNya yang penuh kuasa, Kristus mengajak para rasulNya menyusuri daerah sepi ditepi sungai Jordan, menuju ke Kapernaum. Kristus memilih jalan-jalan kecil yang tidak banyak dilalui orang, karena Dia menggunakan perjalanan itu untuk mengajar mereka.

Dia tidak ingin pengajaranNya terganggu karena orang-orang yang datang sebatas meminta kesembuhan dari berbagai penyakit. Ada saatnya Dia harus mengajar para rasulNya, ada waktunya Dia melayani banyak orang.

Lihat juga: Yesus Makan Ikan Bakar dan Roti Panggang, Bangkit!

Dalam perjalanan itu, untuk kedua kalinya Kristus menyampaikan bahwa Ia akan diserahkan kedalam tangan manusia, dibunuh tetapi pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.

Yang dimaksud Kristus dengan ‘diserahkan ketangan manusia’ bukan dalam pengertian Dia akan diserahkan oleh Yudas Iskariot ketangan para ahli Taurat, tetapi diserahkan Allah kedalam kekuasaan manusia. Dengan cara itu suatu kejahatan yang sangat keji dari sekelompok pemimpin orang Yahudi, diubah Allah menjadi jalan keselamatan bagi semua orang.

Lihat juga: Perlindungan Allah Via Bearing Roda Motor

Para rasul sama sekali tidak mengerti tentang adanya kebangkitan orang mati. Selain itu, pikiran mereka masih terpaku dengan kuasa Kristus yang amat dahsyat dalam mengusir iblis. Mereka terpikir, cepat atau lambat, Kristus pasti akan menjadi raja Israel, karena tidak ada kekuatan yang dapat menandingiNya.

Dengan pikiran seperti itu, mereka malahan berdebat sendiri bagaimana kelak kekuasaan Kristus akan mereka nikmati juga, karena mereka adalah orang-orang terdekatNya. Karena itu, meskipun mereka tidak mengerti tentang apa yang baru dikatakan Kristus tentang DiriNya, mereka tidak berani bertanya apa-apa. Ada kekawatiran, jawaban Kristus tidak sesuai dengan apa yang mereka bicarakan.

Lihat juga: Menggembalakan Domba-domba Kristus

Tidak ada hal yang tersembunyi dihadapan Kristus. Sekalipun para rasul tidak menjawab ketika ditanya apa yang mereka perdebatkan sepanjang jalan, setelah sampai dirumah di Kapernaum, Kristus mengajarkan hal yang tepat menjawab perdebatan mereka: ‘Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya’.

Cukup sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, orang yang terlihat begitu bersemangat melayani, rela banyak berkorban (tenaga, waktu, pikiran, uang dan lain sebagainya) tetapi dibalik pelayanan itu, sebenarnya dia menyimpan keinginan untuk menjadi populer, berkuasa dan dihormati banyak orang sehingga suatu saat dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadinya.

Lihat juga: Percaya Pada Kebijaksanaan Allah

Dengan sikap hati dan motivasi seperti itu, orang tersebut sebenarnya tidak bermaksud melayani Tuhan, tetapi malahan mencuri kemuliaan Tuhan.

Ada juga orang yang melayani orang lain, karena berharap suatu saat akan menerima balasan dari orang yang telah ditolong dan mendapat banyak berkat dari Tuhan.

Lihat juga: Tuhan Memberkati Kita Melalui Orang Lain

Kristus mengajarkan para rasulNya untuk tidak terperangkap dengan hal-hal duniawi seperti itu. Dia lalu mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka. Lalu Ia berkata: ‘Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini didalam namaKu, ia menyambut Aku’.

Orang yang menyatakan kasih kepada seorang anak kecil yang belum mampu berbuat apa-apa, bahkan yg mungkin tidak mengerti bahwa dia disayangi, sesungguhnya dia mewujudkan kasih yang tulus. Kasih yang tidak berharap mendapat balasan apapun.

Kristus ingin kita rela berkorban dalam pelayanan, bukan untuk memperoleh sesuatu, tetapi karena ingin memberi sesuatu sebagai ungkapan kasih kepada Tuhan yang tidak pernah lelah memberi yang terbaik kepada kita.

Lihat juga: Membawa Persembahan untuk Tuhan

Memang godaan iblis, tantangan duniawi dan nafsu-nafsu kedagingan selalu akan terjadi. Namun dengan selalu bersandar kepada Kristus, ingat akan pesan-pesanNya dan selalu berkomunikasi denganNya, semua godaan dan tantangan itu pasti dapat diatasi.

Nabi Yesus bin Sirakh menyampaikan Firman Tuhan untuk meneguhkan orang yang mau melayani dengan tulus: ‘ Pandanglah segala angkatan yang sudah-sudah dan perhatikanlah: Siapa gerangan yang percaya kepada Tuhan lalu dikecewakan (olehNya), siapa yang bertekun dalam ketakutan kepadaNya lalu tidak dihiraukan olehNya?’ (Sirakh 2:10).

Lihat juga: Percaya Pada Kehidupan Setelah Kematian

Pencobaan-pencobaan memang dibiarkan terjadi oleh Tuhan, tetapi itu untuk melatih kita agar semakin tulus, baik dan benar dalam pelayanan.

Kalau pelayanan didasarkan atas keinginan mendapat pahala, saat menghadapi tantangan berat, dengan mudah kita tergoda untuk menghitung-hitung apakah pengorbanan kita sebanding dengan ‘upah’ yang diharap diterima. Tetapi kalau pelayanan didasarkan untuk menyatakan syukur dan kasih kepada Tuhan, kita tidak pernah akan merasa sudah cukup membalas kasih Tuhan.

Lihat juga: Kasih Tuhan Terwujud melalui Pelayanan Harian Kita

Marilah kita saling meneguhkan dan mengingatkan. Mari kita terus berbuat kasih dengan tulus kepada siapapun yang sedang membutuhkan pertolongan, tanpa mengharap balasan apapun, selain untuk menyatakan syukur dan terima kasih kepada Kristus.

Ingatlah, apapun kebaikan yang kita lakukan, apapun yang telah dan akan kita sumbangkan, semua telah dibayar lunas dengan harga yang sangat mahal oleh Kristus, yaitu dengan DarahNya yang Maha Kudus.

Tuhan memberkati kita.

Lihat juga: Percaya Yesus Bukan Legalisme

2 thoughts on “Melayani dengan Ketulusan Hati

Leave a Reply