01 December 2024

Yesus Makan Ikan Bakar dan Roti Panggang, Bangkit!

1
IMG_20220422_054525

Halo para sahabat terkasih, apa kabarnya? Kali ini refleksi saya berkaitan dengan Yesus yang makan ikan bakar dan roti bersama para murid-Nya sesudah bangkit dari antara orang mati.

Ikan bakar salah satu makanan favorit saya. Apalagi makan ikan bakarnya pakai sambal pedas colo-colo, niscaya keringatan muncul di area kepala dengan selera makan pun ingin menambah terus.

Lihat juga: Yesus Menurut Gue

Bagi anda yang belum pernah makan ikan bakar merupakan hidangan ikan yang dibakar atau dipanggang di atas api atau bara api. Hidangan ikan yang dibakar, muncul secara universal di berbagai belahan dunia.

Akan tetapi secara khusus di dunia internasional, istilah “ikan bakar” merujuk kepada ikan bakar khas Indonesia dan Malaysia berupa ikan atau boga bahari lain yang dipanggang di atas arang atau bara api. Ikan bakar adalah salah satu hidangan klasik Indonesia.

Baca juga: Berapa Lama Tubuh Manusia Bertahan Hidup Tanpa Makan dan Minum?

Bagi kaum Yahudi ada tradisi memakan roti tak beragi jelang perayaan Passover (Paskah). Dalam perayaan ini umat Yahudi dilarang memakan makanan beragi seperti roti tawar.

Tradisi tersebut masih dilakukan hingga kini guna memperingati keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Selama seminggu itu hanya roti yang tidak beragi (bahasa Inggris: unleavened bread) yang boleh dimakan, sehingga hari-hari itu juga disebut Hari Raya Roti Tidak Beragi.

Kaum Yahudi Ultra-Ortodoks membakar ragi jelang perayaan Passover di Mea Shearim, Yerusalem, 10 April 2017. REUTERS/Amir Cohen

Para sahabat terkasih,

Saya diinspirasi oleh bacaan Injil liturgi hari Jumat Oktaf Paskah, 5 April 2024 (sebelumnya ditulis 22 April 2022), dari Yohanes 21:1-14. Saat saya merefleksikan mendalam saya mendapat buah-buah inspirasi dari injil tersebut.

Ikan dalam bahasa Yunani jika dieja adalah Iktus = ~I yang diartikan sebagai Yesus Kristus, Anak Allah, Juruselamat.

Lihat juga: Sohib Yesus Bilang ke Gue: Dasar Lu Orang Kurang Percaya!

Di dalam bahasa Ibrani kata ~I (Iktus) adalah sebuah kata kesatuan bagi bermacam-macam binatang di air. Pada zaman kristen purba ~I dijadikan simbol untuk Kristus (kata Yunani Iktus = ~I, yang menurut awal huruf Yunaninya dijadikan singkatan ungkapan Yesus Kristus, Putera Allah dan Penebus).

Umat Kristen perdana menggunakan ikan sebagai kriptogram atau lambang untuk Kristus, khususnya dalam perjamuan syukur atas teladan ikan yang disebutkan dalam cerita pemberian makan orang banyak (Mrk. 6:38).

Lihat juga refleksi saya tentang Yesus memberikan makan pesta besar 32.000 roti dan ikan dalam video: Peran Gereja dalam Perlindungan Sosial

Saya membayangkan suasana di Danau Galilea para murid menangkap ikan yang biasanya malam hari (Luk 5:5; Yoh 21:3) tetapi dilakukan pada pagi hingga siang hari oleh para nelayan itu dengan menebar jala dari darat atau dari dalam air setinggi lutut (Mat 4:18).

Di pantai Tiberias itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.

Matzo, roti tidak beragi yang dimakan oleh orang Yahudi pada hari raya Paskah (Pesaḥ) untuk memperingati Eksodus mereka dari Mesir. Foto Istimewa.

Kemudian Yesus berkata kepada mereka, “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Mereka yang belum menyadari kehadiran sosok Yesus menjawab: “Tidak ada.”

Maka Yesus berkata lagi kepada mereka, “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Dalam situasi tersebut saya teringat ketika awal mula murid-murid Yesus dipanggil menjadi penjala manusia.

Baca juga: Kembali Menatap Jalan Tuhan

Lalu Petrus dan kawan-kawannya itu menebarkan jala, dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.

Menarik bagi saya pribadi dalam refleksi kali ini membayangkan ketika para murid tiba di darat, mereka melihat api arang, dan di atasnya ada ikan serta roti.

Yesus berkata kepada mereka, “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu angkat itu.” Dalam refleksi saya menyadari bahwa Yesus sudah menyiapkan pembakaran ikan dan roti untuk mereka makan siang bersama (bandingkan dan bayangkan dengan tradisi bakar roti tak beragi yang saya sampaikan sebelumnya di atas).

Tradisi membuat Matzo pada era modern. Foto The New York Times

Di situ Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka; demikian juga ikan itu. Menurut Injil Yohanes, itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.

Baca juga:Yesus Membangkitkan Segala Macam Kematian Lainnya

Saya pun meyakini kebangkitan Yesus itu dengan ucapan syukur. Syukur dan pujian kepada Tuhan oleh karena segala kasih karunia-Nya yang tercurah bagi hidup saya dan keluarga kami hingga detik ini.

Para sahabat terkasih,

Yesus menugasi para murid-Nya menjadi penjala manusia (Mat 4:19). Sedangkan Kerajaan Sorga diumpamakan sebagai pukat (Mat 13:47).

Bagi saya, menjadi penjala manusia tidak mudah hingga Jumat Oktaf Paskah ini. Saya bersyukur setelah sekian waktu berlalu akhirnya saya berkesempatan lagi membagikan refleksi saya pribadi.

Lihat refleksi saya sebelumnya terakhir: Sempat Ateis; Bertobat dan Mengimani Yesus 100%

Lihat juga refleksi saya Dihakimi, Dimusuhi, Dihina, Segera Mengampuni!

Bagi saya, penjala manusia merupakan tugas mulia dari Tuhan. Saya bertugas sebagai pelayan keluarga, sebagai katekis, dan pewarta, serta melayani umat Katolik melalui 45 SMAK di Indonesia.

Saya bersyukur oleh kasih karunia dan rahmat Tuhan memampukan saya melayani umat-Nya. Oleh karena cinta kasih Tuhan saya dapat terlibat bersama tim kerja yang luar biasa.

Sementara itu, pukat saya maknai sebagai sarana seperti yang diturunkan nelayan dari perahu (Luk 5:4). Ikan yg ditangkap pakai pukat itu lalu dimasukkan ke dalam perahu (Luk 5:7), atau pukat diseret ke pantai (Mat 13:48; Yoh 21:8), lalu ikan tangkapan tersebut dipisah-pisah.

Menarik bagi saya, bahwa ikan yang ditangkap pakai pukat itu dapat dijual dengan ditaruh dalam keranjang, sedangkan yang tak berguna dibuang saja (Mat 13:48). Demikianlah dalam diri saya menyadari, apakah saya juga telah sungguh-sungguh bermanfaat menjadi Jala Tuhan?

Baca refleksi saya tahun lalu: Yesus Utuslah Aku Menjadi Jala-Mu

Saya mengetahui bahwa saya lemah dalam banyak hal, tetapi saya percaya kekuatan Tuhan yang terus menyertai hidup ini. Saya menyadari bahwa menjadi jala-Nya mesti siap sedia ditebarkan dalam momentum dan tepat sasaran.

Para sahabat terkasih,

Dalam kesempatan ini saya mengajak untuk merefleksikan kembali diri kita masing-masing sebagai “jala” maupun penjala manusia. Walaupun kita menyadari masih suka koyak oleh dosa, namun kita tetap perlu meyakini bahwa Tuhan mengampuni dosa-dosa kita.

Dalam momentum suasana Paskah ini, kita perlu yakin bahwa Tuhan menjadikan kita lebih baik lagi. Kita perlu meng-updated pengetahuan iman, sikap, cara hidup lebih baik dan semakin benar lagi.

Lihat juga: Paus Fransiskus: Pesan Paskah Tidak Memberikan Sebuah Mukjizat; dari Situasi Sulit yang Kita Alami

Kita diajak untuk semakin mengasihi, semakin peduli, dan bersaksi akan cinta kasih Tuhan untuk dirasakan semua orang. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman (Galatia 6:10). Maukah kita?

+Terpujilah Engkau Allah, sumber kebangkitan dan keselamatan hidup kami. Utuslah kami menjadi saksi kebangkitan-Mu dalam hidup kami setiap hari. Dimuliakanlah Tuhan, detik ini dan selamanya. Amin.+

Bekasi Utara, Jumat 22 April 2022. Selamat Paskah. Salam  dalam cinta kasih Tuhan Yesus dari SY Melki SP

CATATAN: Artikel refleksi ini diperbarui pada April 2024, judul sebelumnya “Yesus Makan Ikan Bakar dan Roti Bakar, Bangkit!

Lihat juga: Yesus Membangkitkan Segala Macam Kematian Lainnya


Discover more from HATI YANG BERTELINGA

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

1 thought on “Yesus Makan Ikan Bakar dan Roti Panggang, Bangkit!

Discover more from HATI YANG BERTELINGA

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading