16 March 2025
Matthew 16 13-19c

1 Petrus 5:1-4, Matius 16:13-19

Shalom,

Di Kaisarea Filipi, kota paling Utara dari provinsi Galilea yang juga berarti kota paling jauh dari Yerusalem, Kristus bertanya kepada para rasulNya, menurut mereka, siapakah Dia.

Simon menjawab: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Menanggapi pernyataan Simon itu, Kristus menyampaikan 3 SabdaNya:

Lihat juga: Syarat Mengikuti Kristus

Yang pertama: ‘Bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu (Simon), melainkan BapaKu yang disurga’. Dari jawaban itu Kristus tahu bahwa BapaNya telah memilih Simon untuk kelak meneruskan karya penyelamatanNya di muka bumi, karena hanya orang yang dipenuhi Roh Allah yang dapat mengenal dan percaya bahwa Dia sungguh Mesias.

Simon adalah orang kecil yang bukan termasuk kelompok orang yang dianggap bijak dan pandai seperti para ahli Taurat, yang dipilih Bapa untuk mengetahui kebenaran-kebenaran Allah (Matius 11:25).

Lihat juga: Yesus Makan Ikan Bakar dan Roti Panggang, Bangkit!

Yang kedua: ‘ Engkau adalah Petrus (dari kata petral, yang berarti batu karang) dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak ajan menguasainya’. Seperti rumah yang dibangun di atas batu karang, gereja yang dibangun Kristus tidak akan goyah meski diterpa badai yang keras (Matius 7:24-25).

Gereja (umat Allah) yang dibangun Kristus akan terus bertahan sampai akhir jaman. Karena itu setelah kematian Petrus, kepemimpinannya harus diteruskan oleh pengganti-penggantinya yang dipilih atas kehendak Allah. Di dalam gereja Katolik, kepemimpinan Petrus dan para penerusnya disebut sebagai Paus. Saat ini Paus Fransiskus adalah paus yang ke 266.

Lihat juga: Kacamata Paus Fransiskus Soroti Hati yang Bertelinga di Harkomsos 2022

Yang ketiga: ‘Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan Surga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini, akan terikat di surga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini, akan terlepas juga’.

Yang dimaksud kunci Kerajaan Surga bukanlah kunci pintu untuk masuk ke dalam Surga sebagai suatu tempat yang dibentengi oleh tembok-tembok kekar dengan satu pintunya yang terkunci rapat. Kerajaan Allah adalah suatu keadaan yang penuh damai dan kebahagiaan, bukan suatu tempat, sehingga tidak mengenal adanya pintu.

Lihat juga: Menjadi Saksi Kehadiran Kristus

Seorang pemegang kunci dalam budaya Yahudi, adalah orang yang sangat terhormat, yang diberi kepercayaan penuh oleh raja untuk menentukan siapa saja yang boleh masuk dan bertemu denga raja (Berbeda jauh dengan pemahaman ‘juru kunci’ pada saat ini yang menggambarkan posisi yang paling bawah).

Dengan menggunakan istilah itu, Kristus secara tegas mengatakan bahwa setelah Ia kembali ke rumah Bapa, Petrus diberi kuasa penuh untuk menentukan hal-hal apa yang baik, ajaran-ajaran mana yang benar, dalam pengertian yang sesuai dengan kehendak Kristus, sebagai satu-satunya jalan yang memberi keselamatan, karena Kristus sendiri adalah Jalan satu-satunya yang harus dilalui setiap orang untuk datang kepada Bapa (Yoh 14 : 6).

Lihat juga: Mengampuni, Diampuni Allah Bapa

Petrus dan penerus-penerusnya juga diberi kuasa, di dalam nama Kristus mengampuni atau tidak mengampuni dosa seseorang.

Wewenang Petrus dan penerus-penerusnya untuk menafsirkan, mengajarkan dan menentukan apa yang sesuai dengan kehendak Kristus, disebut sebagai magisterium yang merupakan salah satu dari 3 sumber iman Katolik, selain Alkitab dan tradisi rasuli.

Lihat juga: Sohib Yesus Bilang ke Gue: Dasar Lu Orang Kurang Percaya!

Di dalam meneruskan kepemimpian Kristus itu, Simon Petrus meneruskan juga spiritualitas dan gaya kepemimpinan Kristus, yaitu sebagai seorang gembala. Dia tidak bertindak sebagai penguasa yang otoriter atau elitis.

Dengan sikap kepemimpinannya ini, dia memberi teladan agar semua orang juga mau menjadi gembala-gembala ‘kecil’ dilingkupnya masing-masing, untuk menggembalakan sebagian kawanan domba milik Kristus.

Lihat juga: Malaikat-malaikat Allah Sukacita karena Orang Berdosa yang Bertobat

Didalam suratnya, Petrus ‘merumuskan’ spiritualitas kepemimpinan seorang gembala (1 Petrus 5:1-3):

-Tidak menggunakan kekerasan dengan berbagai ancaman hukuman dan kutukan agar orang mau taat kepada ajaran-ajaran Kristus, tetapi dengan memberi pengertian-pengertian yang menghasilkan kerelaan

-Tidak mencari keuntungan pribadi, seperti mencari popularitas, kekuasaan, kekayaan dan lain sebagainya tetapi menggunakan kekuasaan dan segenap kemampuan untuk melayani dengan dasar kasih Kristus. Kasih pada prinsipnya adalah memberi, bukan menerima: memberi maaf, pengertian, pertolongan dan lain sebagainya.

-Tidak memerintah atau memberi petunjuk hanya dengan kata-kata tetapi memberi teladan nyata.

Lihat juga: Tuhan Memahami Sungguh Kelemahan Keterbatasan Kita

Marilah periksa diri, apakah selama ini kita telah menjadi gembala-gembala kecil yang baik di dalam menggembalakan domba-domba Kristus dilingkup kehidupan sehari-hari kita.

Domba-domba yang dititipkan Kristus dapat berwujud anak-anak, karyawan/karyawati, sekelompok umat di dalam komunitas atau orang-orang yang hidupnya banyak tergantung kepada kita.

Lihat juga: Beritahukanlah Segala yang Yesus Perbuat Padamu

Kadang kita begitu tamak sehingga terus meminta Allah untuk menambahkan domba-dombaNya kepada kita, tetapi domba-domba yang telah dipercayakanNya malahan tidak diperlakukan dengan penuh kasih seperti Kristus mengasihi kita sebagai dombaNya.

Marilah kita sungguh-sungguh mempraktekkan apa yang dipesankan Santo Petrus didalam tugas sebagai gembala, agar pada saat Gembala Agung datang kita dilayakkan untuk menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu (1 Petrus 5:4).

Tuhan memberkati kita.

Lihat juga: Dosa Tidak Pernah Bercanda, Kristus Telah Menebus Kita

2 thoughts on “Menggembalakan Domba-domba Kristus

Leave a Reply