
HATIYANGBERTELINGA.COM – Dokter spesialis anak dokter Amanda Soebadi, Sp.A, Subsp.Neuro.(K), M.Med mengungkapkan bahwa anak usia 1-3 tahun yang sering menggunakan gawai secara berlebihan dapat menyebabkan pola perilaku yang mirip autisme, namun, bukan autisme, yang disebut autisme virtual.
“Ini istilah betulan yang ada di literatur, pola perilakunya mirip autisme,” kata dokter spesialis anak lulusan FK UI ini dalam webinar, dilansir Kamis (24/4/2025).
Autisme virtual menyebabkan anak mengalami gangguan kesulitan komunikasi sosial, perilaku repetitif dan perilaku yang tidak lazim.
Meskipun intensitas gejala autisme virtual dapat sampai memenuhi kriteria diagnosis autisme, namun, ia berbeda dengan autisme.
Lihat juga: Orang Tua Perlu Kontrol Penggunaan Gawai Anak
Lihat juga: Dampak Bagi Anak Makan Sambil Main Gawai
Jika paparan gawai dikurangi, gejala dapat membaik secara cepat, seperti kontak mata saat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi wajah.
Amanda menambahkan bahwa anak usia 1-3 tahun yang terpapar gawai dapat mengalami kekurangan pengalaman komunikasi dan pengalaman sosial yang sebenarnya.
“Dia bisa menunjukkan perilaku autisme kalau misalnya dipanggil tidak merespon, kontak matanya kurang, ekspresi wajah kurang atau tidak sesuai. Itu karena kurang atau salah stimulasi,” ujar Amanda.
Lihat juga: Orang Tua Harus Ubah Pola Pikir Soal Gawai Anak
Lihat juga: Gadget Tumbuhkan Kreativitas Anak dalam Bimbingan Orang Tua
Jika anak dengan autisme virtual menunjukkan perubahan setelah mengurangi penggunaan gawai, kondisi yang berbeda terjadi pada anak dengan autisme.
Dia memiliki preferensi terhadap sifat berulang yang ada pada permainan gawai sehingga dapat memuaskan kecenderungan keinginan melakukan hal yang berulang atau repetitif.
Meskipun penggunaan gawai sudah dikurangi, sifat autistik tersebut tetap ada.
Lihat juga: Anak di Bawah 8 Tahun Rentan Mata Juling
Lihat juga: Aktivitas Fisik Jaga Kesejahteraan Mental Anak
“Perilaku autistik masih akan tetap ada walau gawai itu sebagai faktor lingkungan bukan sebagai modifier (pengubah). Bisa saja anak dengan autisme ini mungkin perilaku ada perbaikan sedikit, tapi, sifat autistik masih akan tetap ada,” kata Amanda.
Amanda juga mengatakan faktor genetik berperan penting sebagai penyebab autisme.
Seseorang memiliki risiko sembilan kali lebih besar ketika dia memiliki saudara kandung yang mengalami gangguan spektrum autisme (GSA).
Lihat juga: Sembilan Alasan Anak Malas Meski Berbakat
Lihat juga: Edukasi Bermain Bentuk Perilaku Bersih Anak
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.