02 December 2024

Dihakimi, Dimusuhi, Dihina, Segera Mengampuni!

2
IMG-20220226-WA0000

Tanggal 13 Februari 2022 merupakan hari yang tidak pernah dapat saya lupakan. Minggu pagi itu saya dikejutkan oleh sikap dan isi chatting WhatsApp sesama alumni illudikkat.

Misa online saya pada pagi itu sangat terganggu oleh godaan setan. Seorang alumnus mendesak saya mengirimkan balik nomor rekening (norek) untuk pengembalian uang yang sudah ditransferkan sehari sebelumnya. Rekan alumnus itu membatalkan sepihak pemesanan bakso frozen yang dipesan dari hari Sabtu malam.

Saat misa daring berlangsung, saya akhirnya terpaksa mengirimkan norek saya. Beberapa detik setelah refund ada keributan dalam WAG Illudikkat. Saya semakin shock dan mabuk kebinggungan dalam diam, ketika sejumlah alumnus memborbadir saya dengan pesan WA ini itu dalam WhatsApp Grup (WAG) alumni.

Baca juga: Beritahukanlah Segala yang Yesus Perbuat Padamu

Bahkan yang bikin shocknya lagi, seorang dosen kami terpancing membela sepihak tanpa mengetahui duduk persoalannya antara saya dengan alumnus yang memiliki usaha bakso itu. Saya dihujani tuduhan bersalah padahal mereka tidak mau tahu penjelasan pembanding dari versi saya.

Intinya saya sebagai terdakwa bersalah. WAG Illudikkat pun sempat heboh. Bahkan alumnus senior yang lain lebih tampak bijaksana, justru beberapa menuliskan pesan bahwa persoalan pribadi tidak perlu disampaikan via WAG.

Saya yang menjadi terdakwa dan tertuduh itu hanya mengelus dada akan gangguan dari roh-roh jahat pagi itu. Perayaan Ekaristi pagi itu menjadi goresan kenangan tersendiri bagi saya hingga menjelang Prapaskah 2022. Saya mencoba lebih rendah hati untuk menghubungi secara pribadi seorang alumnus pebisnis bakso itu, namun hasilnya pupus karena mengetahui telah diblokir dan dia telah left WAG.

Baca juga: Prapaskah Bersama St. Fransiskus Assisi: Mengampuni. Kemudian, Mengampuni Lagi

Hari berganti hari hingga menjalani kehidupan di hari Minggu 20 Februari 2022. Misa pagi itu saya dikejutkan juga dengan adik-adik kelas alumnus illudikkat yang ternyata munafik, baperan, dan sok akrab (SKSD). Bukti bukti penghinaan bahkan cemohan mereka masih saya simpan di galeri memori ponsel saya.

Kedua dosen yang masih saya hormati dan banggakan, telah saya kirimkan bukti percakapan kelakukan adik-adik kelas saya itu, yang ternyata telah menyerang personal dan karakter pribadi saya. Saya terkejut dan masih shock mengalami penghakiman saat itu. Saya menjadi korban penyerangan dari para prajurit-prajurit Farisi itu.

Pada tanggal sebelum hari Kasih Sayang, Valentine, saya menemukan pemaknaan mendalam dari refleksi pribadi tentang Yohanes 8:7. Injil Yohanes itu terbesit mendalam saat mengalami kasus pagi hinga siang hari itu.

Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” (Yohanes 8:7)

Baca juga: Saat Ada Ganjalan Sama Orang Lain Sewaktu Berdoa, Ampuni Segera!

Sedangkan pada tujuh hari berikutnya, saya dibimbing oleh Tuhan untuk mengampuni orang-orang yang tidak menyukai saya dengan merefleksilan mendalam Lukas 6:27-38.

Bahkan Renungan dari Romo Antonius Rajabana, OMI hari Jumat 18 Februari yang bertema “No Baper, No Problem” menyadarkan saya untuk melakukan pertobatan dan mengampuni mereka semua.

Baca juga: Terang Kristus Dalam Kegelapan

Dosen emeritus yang saya hubungi secara personal chatting WA membalas curahan gejolak emosional saya hari itu, Minggu 20 Februari 2022.

“Selamat hari Minggu pak Melky. Saya tidak begitu mengerti masalah kalian apa. Namun, apa pun masalahnya, kita perlu berkepala dingin dan rendah hati. Bahkan jika kita anggap ada saudara, teman, dan orang lain adalah musuh kita wajib mengampuni. Itu nasehat Injil hari ini. Itu saja tanggapan saya. Mari kita bergembira ya. Salam untuk sang cucu yg lucu itu,” tulis balasan dari Pendamping Akademik saya sekitar pukul 15:25 waktunya WhatsApp.

Para sahabat terkasih, dua bacaan Injil yang disampaikan di atas, sungguh menyita hidup pribadi dan kerohanian saya menjelang Prapaskah 2022. Kalau bukan karena Tuhan yang telah mengampuni dosa-dosa saya, mungkin bisikan iblis dapat terwujud pada diri saya dengan mencari mereka satu per satu hingga ke lubang persembunyiannya.

Baca juga: Tuhan Mengasihaniku

Namun demikian, syukur puji Tuhan. Ibarat seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah yang tidak dihukum oleh Yesus, maka saya pun diminta Yesus untuk mengampuni penghakim-penghakim dalam jejaringan media sosial itu. Saya meyakini perkataan Yesus berlaku dalam kasus saya juga, bahwa pengampunan dalam kerahiman Tuhan membebaskan saya juga dari dosa berat.

Sementara itu berkaitan dengan Lukas 6:27-38, saya pun mendengarkan Yesus untuk mengasihi musuh-musuh saya dan berdoa bagi mereka. Syukur-syukur, dan puji Tuhan apabila saya dapat berkat Tuhan dari mereka.

“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.” (Lukas 6:27-28)

Baca juga: Menjadi Murid yang Sama Seperti Yesus Sang Guru

Tidak mudah, tidak juga sulit, namun sangat mendalam refleksi saya kali ini. Mungkin tulisan ini kurang menggambarkan dinamika rohani dan belum mencerminkan isi emosional personalitas saya yang seutuhnya. Namun demikian, ada dua pesan penting yang dapat saya bagikan kali ini.

Pertama, Meminta Pertolongan Tuhan

Dalam kasus pertama, Minggu, 13 Februari 2022, saya mengakui, bahwa saya pribadi meminta pertolongan Tuhan untuk menghadapi persoalan yang ada. Tanpa pertolongan Tuhan maka saya hanyalah butiran debu yang mudah terhempas oleh tiupan bisikan iblis dan roh-roh jahatnya.

Baca juga: No Baper, No Problem

Namun demikian seperti yang dikatakan Paulus, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis” (Efesus 4:26-27). Demikianlah saya sudah berdamai dalam batin pribadi karena pertolongan Tuhan Yesus untuk mengampuni mereka semua.

Kedua, Mengampuni dengan Tulus Ikhlas di dalam Yesus

Dalam kasus kedua, sejak tanggal 13-20 Februari 2022, saya terus dari waktu ke waktu mengampuni mereka semua yang bersalah kepada saya. Bahkan penyanyi lagu rohani, Maria Shandi yang menyanyikan lagu “Mengampuni” menjadi iringan doa penyembahan saya pribadi kepada Tuhan untuk mengampuni mereka semua.

Klik atau copy link YouTube di samping https://youtu.be/kMSux6uAK9w untuk mendengarkan suara merdunya Maria Shandi dengan judul lagu “Mengampuni”.

Baca juga: Waspada Pengikut Yesus Menjadi Penghuni Neraka

Para sahabat terkasih, marilah kita mengampuni orang yang bersalah kepada diri kita, apa pun masalahnya itu, seperti Bapa mengampuni dan mengasihi kita tiada pamrih.

Demikian refleksi saya kali ini. Terima kasih sudah memberikan waktu anda untuk membacanya.

Selamat menjalani masa prapaskah 2022. Ingat imbauan Paus Fransiskus bahwa pada Hari Rabu, 2 Maret 2022 kita berdoa dan berpuasa untuk perdamaian.

+Dimuliakan Tuhan detik ini dan selama-lamanya. Amin.+

Baca juga: Narsistik Yesus Buat Hatiku Tenang

Salam Mecin

“Mendengar dengan Cinta”

 

Melki Pangaribuan

2007-033-012

 

Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita. (Filipi 1:3-4)

 

Bekasi Utara, 25 Februari 2022

Baca juga: Yesus Mencela Kedegilan Hati Murid-Nya


Discover more from HATI YANG BERTELINGA

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

2 thoughts on “Dihakimi, Dimusuhi, Dihina, Segera Mengampuni!

Discover more from HATI YANG BERTELINGA

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading