
2 Korintus 11:1-11
Matius 6:7-15
Shalom,
Setelah Paulus meninggalkan Korintus untuk mewartakan Injil di tempat-tempat yang lain, di Korintus bermunculan orang-orang yang mengaku diri sebagai rasul yang punya kepandaian berkhotbah yang memikat banyak orang.
Untuk merebut wibawa Paulus, mereka menyudutkan Paulus dengan menuduhnya telah memperdaya jemaat untuk kepentingan pribadinya dan dengan berbagai tuduhan lain.
Menanggapi hal ini, Paulus mengirim surat kepada jemaat di Korintus.
Dia mengingatkan akan bahaya tipu daya iblis yang telah memakai orang-orang yang mahir bicara itu untuk menyesatkan iman Kristiani mereka, demi untuk kepentingan mereka sendiri: Aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya (2 Korintus 11:3).
Paulus mengajar dengan jujur, tegas dan terkesan keras karena yang dia sampaikan adalah kebenaran yang menyelamatkan, bukan hal-hal untuk menyenangkan umat sehingga pengajaran-pengajaran dari rasul-rasul palsu itu lebih menarik untuk didengarkan.
Lihat juga: Ilmuwan Temukan Fakta Baru Relikwi Rasul Filipus dan Yakobus
Lihat juga: Bersatu dalam Kasih Kristus
Sebagai manusia kita punya kecenderungan untuk mudah terpikat dengan kata-kata manis dan sikap santun, sehingga lengah akan tipu daya iblis dan godaan-godaan dunia yang ada di dalamnya.
Kita lebih suka hal-hal yang mudah dan menyenangkan dari pada memikirkan keselamatan dan kebenaran sejati.
Akibat kecenderungan ini, dalam berelasi dengan Tuhan pun, banyak orang yang berpikir, Allah juga suka mendengar doa yang penuh dengan kata-kata sanjungan.
Tentang hal ini Kristus menegaskan: ‘Dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka sangka bahwa karena banyaknya kata-kata, doanya akan dikabulkan’.
Kristus mengatakan orang yang berdoa seperti ini adalah orang yang sebenarnya tidak mengenal Allah, karena kalau benar-benar tahu bahwa Allah itu Maha Tahu, seharusnya mereka juga tahu Allah sebenarnya sudah tahu apa yang kita perlukan sebelum kita memintanya.
Meski begitu, Allah ingin kita sering berdoa kepadaNya karena Dia ingin berkomunikasi dengan Dia agar didalam komunikasi itu Allah dapat menyempurnakan keinginan kita dan menyampaikan apa yang Dia rencanakan untuk kebaikan kita.
Tidak ada relevansinya antara panjang dan indahnya kata-kata dalam doa dengan pengabulan doa.
Agar komunikasi dapat terjadi dengan baik, untuk berdoa, selain perlu memilih tempat yang memungkinkan kita untuk dapat memfokuskan hati dan pikiran, Kristus mengingatkan agar janganlah menggunakan kata-kata yang bertele-tele.
Kristus kemudian mengajarkan murid-muridNya suatu doa yang sangat indah dan padat maknanya.
Lihat juga: Sikap Hati dalam Berdoa
Lihat juga: Berdoa dan Mendengarkan FirmanNya
‘Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah (dalam gereja Katolik diterjemahkan ‘dimuliakanlah’) namaMu’.
Kata-kata ini bukan kata-kata ‘sanjungan’ tetapi suatu doa permohonan agar Tuhan dengan kuasaNya yang tidak terbatas, menguduskan kembali namaNya yang telah dicemari oleh segala dosa yang kita lakukan.
Kita sering mencemari kekudusan Allah dengan mencemburui keputusan-keputusanNya atau menggerutu tentang kebijaksanaanNya yang tidak mampu kita pahami.
Kita memohoh Allah menguduskan kembali NamaNya, karena hanya Allah sendiri yang mampu memulihkan kekudusanNya, seperti yang disampaikan Allah melalui nabi Yehezkiel: ‘Aku akan menguduskan namaKu yang besar yang sudah dinajiskan (oleh kamu) di tengah bangsa-bangsa dan yang kamu najiskan di tengah-tengah mereka’ (Yehezkiel 36:23).
Untuk membantu Tuhan memulihkan kekudusanNya maka kita mohon agar Allah berkenan memakai kita sebagai alatNya: ‘Jadilah kehendakMu’.
Dengan demikian, baik kita maupun dunia akan melihat kesempurnaan rancanganNya yang menghadirkan kerajaanNya yang damai dan bahagia.
Dengan kepercayaan dan kepasrahan diri seperti ini, kita yang masih berziarah di dunia akan menjadi seperti para malaikat di surga yang selalu taat dan siap melakukan apa yang dikehendaki Tuhan.
Lihat juga: Melakukan Kehendak Allah yang Sesungguhnya
Lihat juga: Melakukan Kehendak Allah
Agar komunikasi kita dengan Allah dapat terjalin dengan penuh keakraban, Kristus melayakkan kita untuk memanggil Allah dengan sapaan mesra ‘Abba/papa’.
Ini sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang di dalam doa, sering memanggil Allah dengan berbagai sapaan yang terkesan bertele-tele.
Tetapi dengan melayakkan kita menjadi anak-anak Allah, maka selayaknya kitapun mewarisi sikap Allah yang Maha Rahim.
Karena itu Kristus mengajak kita berjanji untuk mau mengampuni semua orang yang bersalah (atau yang kita anggap bersalah) seperti Allah yang berkenan selalu mau mengampuni kita dan memberi kesempatan kita untuk berubah memperbaiki diri.
Yang perlu diperhatikan, di dalam permohonan agar Allah menganugerahkan rejeki seperti Yahwe memberikan makanan kepada bani Israel di padang gurun setiap hari.
Kristus mengajarkan kita untuk berdoa: ‘Berilah kami (bukan aku) makanan secukupnya’.
Dengan permintaan ini kita perlu menyadari, rejeki yang dianugerahkan Tuhan, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi ada bagian yang dititipkan Allah untuk kepentingan bersama/orang lain.
Apakah kita dengan jujur mau meneruskan titipan-titipan Allah itu?
Lihat juga: Ada Kuasa Allah dalam Kata-kataNya
Lihat juga: Doa Mulia Si Tukang Parkir
Kristus tidak ingin kita berdoa dengan kata-kata panjang yang bertele-tele yang seringkali bukan sesungguhnya berasal dari dalam hati.
Tidak guna bersifat munafik di hadapan Allah karena Dia Maha Tahu.
Yang dikehendaki Allah, relasi yang akrab dan mesra antara kita dengan Dia.
Untuk itu Kristus mengajarkan kita suatu doa yang sangat indah dan sempurna.
Singkat tetapi penuh makna, penuh kepasrahan dan perlu diucapkan dengan segala kerendahan hati, karena sadar kita adalah manusia-manusia lemah yang mudah tergoda.
Mari kita semakin meresapi makna doa yang diajarkan Kristus ini, untuk dijadikan pedoman hidup di tengah dunia yang penuh kemunafikan dan tipu daya iblis.
Tuhan memberkati kita.
Lihat juga: Roh Kudus Memperbarui Hidup Kita
Lihat juga: Penampakan Kristus dalam Kehidupan Sehari-hari
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.