16 March 2025
Untitled

Imamat 19:1-2, 11-18 , Matius 25:31-46

Shalom,

Allah berfirman kepada segenap bangsa Israel melalui nabi Musa: ‘Kuduslah kamu sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus’ (Imamat 19:2).

Manusia diciptakan Allah sesuai dengan citraNya yang Maha Kudus.

Melalui kekudusan itulah kita dapat menunjukkan citra Allah dalam diri kita.

Lihat juga: Dibaptis: Mengenakan Kristus, Menerima Roh Kudus dan Menolak Roh Jahat

Di dalam kitab Taurat, kekudusan diwujudkan dengan kepatuhan akan 10 Firman Allah yaitu dengan tidak melakukan hal-hal yang dilarang olehNya: mencuri, berdusta apalagi bersumpah dusta, memeras dan merampas hak dan harta orang lain, menghakimi sesama dengan tidak adil, mencelakakan orang lain, membenci dan mendendam (Imamat 19:11-18).

Menjelang Kristus menyerahkan NyawaNya untuk menebus dosa-dosa manusia, dengan tegas Dia mengatakan bahwa setelah Dia wafat, pada saatnya Dia akan datang kembali untuk menghakimi semua orang, memisahkan semua orang apakah cukup kudus untuk dilayakkan tinggal dalam keabadian di Rumah Bapa yang kudus, damai dan penuh kebahagiaan.

Lihat juga: Penting! Tanamkan Kebahagiaan Anak Sejak Dini

Yang menjadi ukuran kekudusan bukan ‘sebatas’ tidak melakukan hal-hal yang dilarang dalam hukum Taurat saja akan tetapi sejauh mana kita mengasihi sesama dalam kehidupan didunia ini.

Orang tidak menjadi kudus, sebatas karena tidak pernah merugikan, mencelakakan orang lain saja.

Lihat juga: Berlindung Pada Firman Allah

Kekudusan akan tampak disaat kita berbuat kasih terhadap semua orang tanpa kecuali dan tanpa mengharap menerima balasan dari orang yang ditolong maupun puji-pujianan dari banyak orang.

Kekudusan akan tampak disaat kita rela menolong orang-orang yang paling hina di mata kita yaitu orang-orang yang pernah sangat menyakiti hati, orang-orang yang tidak dapat atau tidak pernah mau berterima kasih.

Lihat juga: Melayani dengan Ketulusan Hati

Kristus dapat menguraikan dengan jelas tentang segala yang harus kita pertanggung jawabkan pada Penghakiman terakhir, karena Dia sendirilah yang akan menjadi Hakim Agungnya.

Kristus mengatakan bahwa apa yang kita lakukan terhadap orang-orang yang paling hina, kita melakukan itu terhadapNya sendiri.

Lihat juga: Paus Fransiskus: Menyakiti Perempuan Berarti Menghina Tuhan

Hal ini karena saat sedang memanggul salib, Dia melayakkan Diri menjadi orang yg paling hina.

Saat itu Dia mengalami lapar dan haus baik secara jasmani dan rohani karena diadili dengan penuh rekayasa, difitnah dengan memutar balikkan kata-kataNya, dicambuki, ditelanjangi dan ditinggalkan semua orang, termasuk para rasulNya sendiri.

Lihat juga: Tuhan Setia Mengirim Pertolongan

Hanya ibu dan beberapa wanita dari Galilea yang masih setia menemaniNya.

Segala pertolongan dan kebenaran ajaran-ajaranNya dilupakan begitu saja.

Dengan mengalami kepahitan itu, Dia tahu betapa sakit dan sedihnya orang yang sedang mengalami hal-hal seperti itu.

Lihat juga: Syarat Mengikuti Kristus

Karena itu Kristus berpesan kepada para muridNya, saat melihat orang-orang yang kelaparan, kehausan, ditelanjangi segala keburukannya atau terpaksa telanjang karena tidak mampu membeli pakaian yang layak, orang yang difitnah dan sedang sakit (jasmani maupun rohani) dan yang sedang dipenjara, kita harus melihatnya seperti kita melihat Dia yang sedang mengalaminya (Matius 25:40).

Dari apa yang kita lakukan terhadap orang-orang itu, akan tampak apakah kita benar-benar telah melakukan ajaran-ajaranNya untuk menjadi kudus.

Lihat juga: Suka Gak Layak Sama Yesus???

Berbelas kasih terhadap sesama, bukan hanya suatu anjuran atau nasihat Kristus kepada kita saja, tetapi suatu konsekwensi yang harus diterima, kalau mau menjadi murid-muridNya.

Karena itu menolak berbelas kasih adalah tanda nyata kita menolak mengikuti apa yang telah diajarkan dan diteladani Kristus.

Dia berulang kali mengatakan bahwa Dia datang untuk melayani, terutama melayani mereka yang sedang sakit, menderita dan tersingkir.

Lihat juga: Menjadi Saksi Kehadiran Kristus

Dengan begitu, menolak menolong orang-orang tersebut disaat ada kesempatan dan punya kemampuan, sama dengan menolak menjadi murid Kristus.

Karena itu Kristus pun tidak dapat mengakui kita sebagai murid-muridNya di dalam Penghakiman Terakhir (Matius 25:45).

Dalam hal ini kita berdosa bukan karena telah berbuat hal yang buruk terhadap sesama, tetapi karena menolak berbelas kasih. Inilah dosa kelalaian.

Lihat juga: Yesus Mendidik Orang Berdosa, Bukan Dirajam

Sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan sesuai dengan citraNya, maka kita semua harus menampakkan kekudusan Allah dalam kehidupan sehari-hari, dalam kata-kata maupun perbuatan.

Untuk menjadi kudus dihadapan Allah, lakukanlah segala sesuatu yang kita ingin orang lain perbuat bagi kita, khususnya disaat sedang berada dalam kesulitan. Janganlah melakukan kepada siapapun apa yang tidak ingin diperbuat orang lain kepada kita.

Lihat juga: Tuhan Memberkati Kita Melalui Orang Lain

Mari kita ingat bahwa sikap dan kata-kata kita terhadap mereka yang sedang menderita, tersingkir atau terasing adalah sikap dan kata-kata kita terhadap Kristus sendiri.

Menolak berbuat kasih, adalah sama dengan menolak menjadi murid Kristus yang sejati.

Marilah kita berusaha sungguh-sungguh menjadi kudus, selagi Tuhan masih memberi kita waktu dan kesempatan.

Tuhan memberkati kita.

Lihat juga: Luar Biasa Indah Roh Kudus Memimpin Kita

Leave a Reply