Sahabat Sejati

Sirakh 6:5-17, Markus 10:1-12
Shalom,
Nabi Yesus bin Sirakh memberi catatan tentang bagaimana sulit tetapi sekaligus amat berharganya mempunyai seorang sahabat sejati.
Ada orang yang bersikap sangat baik terhadap diri kita, tetapi itu hanya sejauh kalau dia dapat memperoleh sesuatu yang diinginkan dari diri kita.
Lihat juga: Tips Pilih Hadiah Hari Valentine untuk Pasangan, Sahabat, Keluarga
Di saat kita harus berjuang melawan kesulitan hidup, dia memilih menjauh, karena kawatir kesulitan kita dapat ikut menjadi beban bagi dia (Sirakh 6:8, 10-12).
Sirakh malahan memperingatkan bahwa ada banyak orang yang tadinya begitu bersemangat bersahabat dengan kita, tetapi ketika kemudian terjadi salah paham, ketidaksesuaian pendapat dan kepentingan, berubah menjadi orang yang dengan sangat tajam dan kejam membongkar segala kelemahan dan keburukan kita (Sirakh 6:9).
Lihat juga: RIP Ompung Pastor Anselmus, Sahabat Anak Bina Iman Santa Clara
Sirakh memberi nasihat yang bijak: hendaknya orang menjauhkan diri dari orang-orang yang bisa berpotensi menjadi musuh-musuh, karena ketidaksesuaian cara berpikir, gaya hidup dan lain sebagainya. Akan tetapi yang sama pentingnya adalah berhati-hatilah dalam memilih sahabat (Sirakh 6:13).
Menemukan sahabat sejati sama seperti menemukan harta yang tidak ternilai, karena akan dapat menjadi pelindung dan tempat bersandar disaat hidup berada dalam kesulitan dan dapat menjadi teman yang melengkapi kebahagiaan dikala Tuhan memberi kesuksesan atau keberhasilan.
Lihat juga: Seberapa Lekat Anda dengan Pasangan? Kenali Tipe-tipe Kelekatannya!
Yang sangat perlu diperhatikan, untuk memperoleh sahabat sejati, kita tidak bisa hanya menuntut orang lain melakukan hal-hal yang baik kepada kita.
Kita sendiripun harus berusaha menjadi sahabat yang baik, bagi sebanyak mungkin orang. Berusahalah selalu memberi yang terbaik dan perlakukanlah dia seperti yang kita ingin dia perbuat kepada kita (Sirakh 6:17).
Lihat juga: Mengampuni, Diampuni Allah Bapa
Allah sangat mengerti bahwa setiap orang membutuhkan adanya seorang sahabat untuk menemani peziarahan hidup di dunia ini.
Karena itu kepada terbanyak di antara kita Allah menganugerahkan seorang pasangan hidup. Akan tetapi karena nafsu-nafsu kedagingan, sering kali kita gagal menjadikan pasangan hidup sebagai seorang sahabat sejati.
Lihat juga: Mujizat Kasih
Kadang orang terlalu ceroboh didalam memilih pasangan hidup sehingga kekaguman dianggap sebagai cinta, padahal di antara kedua hal tersebut ada perbedaan yang sangat tajam.
Orang yang sungguh-sungguh mengasihi, bukan sebatas orang yang paling dapat mengagumi segala kelebihan tetapi yang paling penting adalah orang yang paling dapat menerima segala kekurangan.
Lihat juga: Bukan Tanda yang Egois Bila Mencintai Diri Sendiri
Dengan mau memahami kelemahan yang ada pada kita, pasangan hidup dapat menjadi sahabat yang memberi peneguhan, kekuatan dan penghiburan.
Di dalam pernikahan, banyak orang berharap pasangan hidup akan memberi hal-hal yang selama ini diimpikan, tetapi tidak menyiapkan diri untuk memberi segala hal terbaik untuk pasangan hidupnya, khususnya di dalam melayani, mengampuni dan memperhatikan dengan penuh kasih.
Lihat juga: Saat Ada Ganjalan Sama Orang Lain Sewaktu Berdoa, Ampuni Segera!
Orang-orang Farisi terbiasa untuk melihat kehendak Allah dari segi hukum.
Di dalam hidup pernikahan mereka menemukan hukum Taurat yang membolehkan suami untuk menceraikan istrinya (tidak berlaku sebaliknya).
Lihat juga: Perlunya Persiapan Pernikahan Agar Bahagia
Di dalam Taurat dikatakan seorang suami boleh menceraikan istrinya kalau dia mendapatkan hal-hal yang tidak senonoh pada istrinya, asalkan dia lebih dulu menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan istrinya itu (Ulangan 24:1).
Ketika Kristus ditanyakan tentang hal ini, Dia tidak mau berbicara tentang apa yang ‘boleh’, tetapi Dia berbicara tentang apa yang ‘harus’ dilakukan.
Kristus mengutip dan menggabungkan dua ayat pada kitab Kejadian yang merupakan kitab pertama dari Kitab Taurat: Manusia, laki-laki dan wanita diciptakan oleh Allah (Kejadian 1:27). Kemudian Allah mempersatukan keduanya menjadi satu daging (Kejadian 2:24).
Lihat juga: Suami Istri Tidak Sekedar Keintiman Fisik
Dengan begitu Kristus menekankan bahwa ikatan suami istri adalah suatu karya Tuhan untuk memper satukan seorang laki-laki dan seorang wanita dewasa.
Semua usaha orang untuk menceraikannya berarti menentang dan merusak karya Allah. ‘Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia’
Lihat juga: Tujuh Arti Mimpi Diselingkuhi Gambarkan Situasi Emosional
Kristus tidak menyebutkan adanya kekecualian dalam hal ini.
Dia mengajak kita untuk melihat semua hukum yang berlaku, bukan sebagai hak untuk digunakan bagi kepentingan diri sendiri, tetapi sebagai suatu keharusan kita bersikap terhadap orang lain.
Lihat juga: Perjanjian Pranikah Bukan Kewajiban
Sirakh mengajak kita untuk melihat betapa penting dan berharganya mempunyai seorang sahabat sejati di dalam kehidupan didunia ini.
Allah menganugerahkan pasangan hidup bagi terbanyak dari kita, untuk mewujud nyatakan kehadiranNya di sisi kita.
Lihat juga:Iri Hati dan Cemburu
Mari kita mensyukuri hal ini dengan berusaha sungguh-sungguh menjadikan pasangan hidup kita sebagai sahabat terbaik didalam peziarahan hidup didunia ini.
Janganlah meracuni pikiran dengan mencari-cari celah yang memungkinkan pernikahan Kristiani diakhiri dengan perpisahan.
Lihat juga: Semangat Iman yang Baru
Ingatlah bahwa dasar hukum Allah yang paling utama adalah mengasihi Allah.
Karena itu jangan membuat apa yang telah dikerjakan Allah, dirusak oleh segala akal budi dan kebebasan kita.
Tuhan memberkati kita.
Lihat juga: 15 Ayat Alkitab untuk Orang Tercinta di Momen Valentine