
Ibrani 3:7-14, Markus 1:40-45
Shalom,
Hukum Taurat mengharuskan orang yang menderita sakit kusta untuk dikucilkan, karena selain mencegah resiko penularan, juga agar perbuatan-perbuatan orang tersebut yang membuat dia dikutuk Allah, tidak ditiru banyak orang (Imamat 13:45-46).
Saat itu orang percaya bahwa sakit kusta adalah wujud kutukan Allah, karena penyakit ini tidak diketahui penyebabnya, tidak tersembuhkan dan dapat dialami semua orang dari segala kalangan.
Lihat juga: Kristus Menggenapi Hukum Taurat
Setelah Kristus meninggalkan Kapernaum, pada suatu kesempatan ada seorang kusta mendatangiNya dan berlutut di hadapanNya.
Dengan mendatangi Kristus, sebenarnya orang tersebut melanggar hukum Taurat yang mengucilkannya dan terancam mendapat hukuman berat.
Tetapi orang itu nekad melakukannya karena selain terdesak oleh penderitaannya, dia percaya penuh akan kuasa dan kasih Kristus.
Lihat juga: Ada Kuasa Allah dalam Kata-kataNya
Sambil berlutut dihadapan Kristus, dia memohon: ‘Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku’. Dari kata-kata itu terlihat dia tidak ragu akan kemampuan Kristus tetapi kawatir apakah Kristus mau menyembuhkannya.
Melihat kepercayaannya, Kristus berbelas kasih terhadap orang itu. Ia mengulurkan tanganNya untuk menyentuh orang itu dan berkata: ‘Aku mau, jadilah engkau tahir’. Seketika itu juga orang itu menjadi tahir.
Lihat juga: Cinta Kasih Tuhan Mentahirkan Keluarga
Dengan menyentuh orang kusta tersebut, Kristus menunjukkan DiriNya sebagai Putera Allah.
Penyembuhan orang kusta bukan hanya masalah pemulihan kesehatan tubuh, tetapi juga berarti pengampunan dosa, karena berarti melepaskan orang tersebut dari kutukan Allah. Hanya Allah yang dengan kerahimanNya yang dapat mengampuni dosa.
Selain itu, dengan menyentuh tubuh orang tersebut, Kristus menunjukkan kuasa Ilahi yang ada padaNya lebih dahsyat dari segala kuasa apapun, termasuk daya penularan penyakit itu.
Lihat juga: Dia Harus Makin Besar
Setelah mentahirkan, Kristus memberi dua perintah kepada orang tersebut.
Yang pertama, agar dia menghadap imam dan melakukan peribadatan untuk pentahiran sesuai dengan apa yang ditulis dalam hukum Taurat.
Dalam hal ini Kristus menunjukkan bahwa Dia menghormati hukum Taurat dan ingin semua orang mentaatinya.
Lihat juga: Semangat Iman yang Baru
Yang kedua, Kristus memperingatkan dengan keras agar dia jangan menceritakan kepada siapapun mujizat kesembuhan yang dia alami itu. Kristus tidak ingin karya pewartaan Injilnya banyak terhambat oleh orang-orang yang datang kepadaNya yang hanya ingin memperoleh kesembuhan tubuh saja.
Akan tetapi, setelah ditahirkan, di dalam kegembiraannya orang itu melupakan pesan Kristus.
Lihat juga: Iman yang Baru
Dia tidak mentaati satupun dari perintah Kristus. Dia tidak pertama-tama menghadap imam, malahan menceritakan mujizat itu ke mana-mana.
Akibatnya Kristus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota karena banyak sekali orang datang mengerumuniNya untuk minta disembuhkan, sehingga Dia tidak punya cukup waktu untuk mengajarkan Firman.
Ketidak taatan orang yang ditahirkan itu, tanpa dia sadari telah merugikan banyak orang yang sangat membutuhkan keselamatan, bukan sekedar kesembuhan jasmani.
Lihat juga: Menghayati Mujizat Allah
Kitab Ibrani memuat pesan Tuhan: ‘Janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka (berulang kali) melihat perbuatan-perbuatanKu, 40 tahun lamanya’ (Ibrani 3:8-9).
Allah ingin kita dapat melihat dan mensyukuri segala pertolonganNya yang penuh kasih dengan perbuatan nyata yaitu dengan ketaatan akan FirmanNya, terlepas mengerti atau tidak.
Lihat juga: Berdoa dan Mendengarkan FirmanNya
Orang-orang Israel saat berziarah di padang gurun menuju Tanah Terjanji berulang kali mengalami dan menyaksikan sendiri mujizat-mujizat Allah yang sangat dahsyat yang menolong mereka dari berbagai persoalan.
Meski begitu, mereka hanya bersyukur dengan bersorak sorai sesaat tetapi tetap tidak mau sungguh-sungguh berusaha mentaati Firman Allah yang disampaikan Nabi Musa.
Orang kusta yang disembuhkan Kristus, mungkin tidak bermaksud buruk ketika menceritakan kepada banyak orang tentang pentahiran yang dialaminya.
Lihat juga: Berlindung Pada Firman Allah
Tetapi dengan tidak mau taat kepada pesan Kristus, dia telah menyusahkan Kristus dan merugikan banyak orang yang sangat perlu diselamatkan.
Bagaimana dengan diri kita saat ini?
Dalam peziarahan hidup, berulang kali kita bersujud dihadapan Allah untuk memohon pertolongan Tuhan di dalam mengatasi berbagai persoalan dan tantangan hidup, atau untuk mendapatkan sesuatu yang sangat diharapkan.
Lihat juga: Menjadi Kudus Seperti Allah
Berulang kali juga Allah menunjukkan secara nyata kasih dan kuasaNya kepada kita dengan menganugerahkan berbagai hal yang malahan jauh di atas apa yang dapat kita harapkan.
Tetapi apakah kita membalas segala kemurahan Tuhan itu dengan mentaati semua FirmanNya, lepas dari mengerti atau tidak?
Yang sering terjadi, semakin berlimpah Allah menganugerahkan kenikmatan hidup, kita justru semakin tidak mau taat dan melupakan segala pesan-pesanNya. Sangat ironis.
Lihat juga: Tuhan Tidak Jauh Dari Doa Kita
Kita dapat begitu tekun berdoa dan berpuasa saat sedang menghadapi persoalan tetapi lupa mewujudkan syukur dalam perbuatan nyata disaat telah dapat mengatasi persoalan atau mendapatkan apa yang kita inginkan.
Mari kita saling menasehati, meneguhkan dan tolong menolong agar kita dapat menjadi murid-murid sejati Kristus yang taat dan tidak terus menegarkan hati terhadap kehendak Allah yang belum mampu kita mengerti, karena pikiran kita telah disesatkan berbagai dosa (Ibrani 3:13).
Mari kita belajar agar tidak mengulangi ketidaktaatan orang kusta yang telah ditahirkan Kristus dan ketegaran hati nenek moyang bangsa Yahudi, dalam peziarahan hidup kita saat ini.
Tuhan memberkati kita.
Lihat juga: Menjadi Saksi Kristus
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.