
2 Samuel 7:4-5a, 12-14, 16, Roma 4:13, 16-18, 22, Matius 1:16, 18-21, 24
Shalom,
Injil Matius dimulai dengan membuat silsilah kelahiran Yesus Kristus. Tujuan penulisan silsilah ini bukan untuk mencatat data-data sejarah tetapi utamanya untuk menunjukkan bahwa Yesus Kristus berada dalam garis keturunan Abraham, yang merupakan bapa para orang beriman.
Yesus Kristus adalah bagian terpenting dari penggenapan janji Allah kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi sangat banyak, tidak terhitung banyaknya seperti bintang-bintang dilangit (Kejadian 17:6).
Hal ini karena melalui Kristus, persaudaraan bukan lagi diikat berdasasarkan pertalian darah tetapi berdasarkan iman kepercayaan kepada Allah Bapa melalui DiriNya (Markus 3:35).
Lihat juga: Mengimani Proses dari Allah
Kepada umat di Roma, Santo Paulus mengatakan janji Tuhan kepada Abraham tersebut, sebenarnya suatu janji yang tidak bisa dimengerti. Apalagi saat itu Abraham dan Sara, istrinya sudah tua.
Meskipun begitu Abraham dengan imannya tetap percaya: ‘Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah diFirmankanNya’ (Roma 4:18)
Lihat juga: Berdoa dan Mendengarkan FirmanNya
Silsilah ini juga memperlihatkan bahwa Yesus adalah keturunan raja Daud. Kepada Daud, Allah telah berjanji bahwa kerajaannya tidak akan berakhir.
‘Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya dihadapanKu, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya’ (2 Samuel 7:16).
Kristus yang terhitung keturunan Daud, menggenapi janji ini karena yang Dia bangun di dunia ini adalah Kerajaan Surga yang abadi.
Lihat juga: Menghayati Makna Pembaptisan
Yusuf pasti amat sangat terpukul ketika mengetahui bahwa Maria, tunangannya telah hamil. Dia mengenal Maria sebagai gadis yang baik dan taat kepada Tuhan, sehingga tidak terbayangkan bahwa dia telah berselingkuh dan berzinah sampai hamil.
Akan tetapi kenyataan, Maria sungguh-sungguh hamil. Maria ‘hanya’ dapat menjelaskan bahwa ini semua adalah kehendak Allah, seperti yang telah dikatakan malaikat yang menampakkan diri kepadanya.
Lihat juga: Malaikat-malaikat Allah Sukacita karena Orang Berdosa yang Bertobat
Tetapi Maria tidak bisa menunjuk satupun saksi atas peristiwa yang sangat hebat itu. Di dalam kebingungan yang luar biasa, Yusuf semula mengambil keputusan untuk tetap menikahi Maria, tetapi segera setelah menikah, diam-diam dia akan menceraikannya.
Hal ini karena sebagai orang yang saleh dia tidak rela hidup berdampingan dengan wanita ‘yang telah berdosa besar’.
Lihat juga: Peringatan Wajib St. Perawan Maria Bunda Gereja
Dengan keputusan itu, Maria pun tidak akan dipermalukan dan bahkan dibunuh karena dianggap sebagai pezinah.
Dalam hal ini Yusuf menunjukkan kebesaran hatinya, karena dia tidak terpancing membalas menyakiti Maria yang bagaimana pun (menurutnya saat itu) telah sangat menyakiti dan mengecewakannya.
Lihat juga: Segala Kepahitan menjadi Buah-buah Manis
Dia tetap mau melindungi Maria.
Ketika Yusuf sedang bergulat hebat dengan harga dirinya yang seperti dihempaskan sangat menyakitkan, Allah berbicara dengan dia melalui mimpi (sarana yang dalam Perjanjian Lama sering dipakai Allah untuk mengatakan sesuatu) agar dia tidak meragukan kesucian Maria, karena memang Maria mengandung dari Roh Kudus, yaitu Roh Allah yang dengan kuasaNya menciptakan segenap alam sentosa.
Lihat juga: Mengapa “Dan Bersama Rohmu” dan Bukan “Dan Sertamu Juga”?
Allah meminta Yusuf untuk tetap menikahi Maria dan tidak menceraikannya.
Yusuf pasti tetap tidak mengerti dengan apa yang sedang dihadapinya, tetapi karena mengimani bahwa Allah sendiri yang berbicara kepadanya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan Tuhan.
Lihat juga: Cinta Kasih Tuhan Mentahirkan Keluarga
Di dalam kehidupan, sangat mungkin kita pernah sangat dikecewakan dan disakiti oleh orang-orang di sekitar kita.
Dalam situasi seperti itu, mungkin kita juga menjadi sangat kecewa kepada Tuhan, kenapa membiarkan kita mengalami hal yang amat pahit itu.
Lihat juga: Syukuri Segala Anugerah Kasih Tuhan
Seperti Yusuf yang di dalam pergulatan hatinya disapa oleh Tuhan, pada saat kita disakiti, Allah berfirman agar kita tetap mau mengampuni dan mengasihi.
Jangan menghakimi dan membalas menyakiti: ‘Aku berkata kepadamu: kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu’ (Matius 5:44).
Dalam pergumulan hidup seperti itu, marilah kita meneladani iman Santo Yusuf, yaitu dengan tetap mau percaya dan taat kepada perintah Allah, meskipun tidak mengerti.
Lihat juga: Berani Membela Iman dan Menjadi Saksi Kristus
Abraham dijanjikan Allah untuk mempunyai banyak sekali anak diusianya yang sudah tua. Suatu janji yang tidak dapat dimengerti.
Tetapi Alkitab mencatat bahwa apa yang dijanjikan Tuhan tersebut ternyata sungguh terjadi. Janji Allah kepada Daud pun telah digenapi, sekalipun awalnya terdengar mustahil.
Lihat juga: Perjanjian Pranikah Bukan Kewajiban
Kepada kita, Allah berjanji menjadikan kita sebagai anak-anakNya, berarti menjadi ahli waris kerajaan Surga, kalau kita mau mengasihiNya dengan mengasihi semua orang tanpa kecuali, termasuk orang-orang yang telah menyakiti kita.
Marilah kita mengikuti teladan iman Santo Yusuf yang tanpa ragu memilih untuk selalu taat dan melakukan perintah Allah.
Tuhan memberkati kita.
Lihat juga: Dalam Perlindungan Tuhan
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.