Ibrani 6:10-20,
Markus 2:23-28
Shalom,
Pada suatu hari Sabat, dalam perjalanan pulang dari rumah ibadat, Kristus dan murid-muridNya melewati ladang gandum.
Karena merasa lapar, para murid memetik bulir-bulir gandum untuk dimakan.
Ketika melihat itu, orang-orang Farisi menegur Kristus karena Dia membiarkan murid-muridNya melanggar hukum Taurat.
Lihat juga: Menjadi Murid Kristus
Lihat juga: Menjadi Murid yang Sama Seperti Yesus Sang Guru
Memetik bulir gandum dengan tangan di ladang milik orang lain, diperbolehkan dalam hukum Taurat (Ulangan 23:25).
Yang tidak boleh, memetik dengan menggunakan sabit sehingga yang diambil jumlahnya banyak dan untuk dibawa pulang, apalagi untuk dijual.
Dalam kejadian ini yang dipermasalahkan orang-orang Farisi bukan memetik gandum di ladang orang lain tetapi karena memetik gandum di hari Sabat.
Semua orang tidak boleh bekerja di hari Sabat, termasuk memetik bulir-bulir gandum di ladang.
Pelanggaran terhadap kekudusan hari Sabat adalah pelanggaran langsung terhadap 10 Firman Allah yang menjadi dasar kehidupan bangsa Yahudi (Keluaran 20:8-10), sehingga siapa yang melanggarnya harus dihukum mati (Keluaran 31:14).
Lihat juga: Kristus Menggenapi Hukum Taurat
Lihat juga: Pastor Kopong: Kehadiran Gereja Katolik Jadi Kegelisahan Ahli Taurat Zaman ini
Menjawab teguran orang-orang Farisi itu, Kristus menunjukkan suatu kejadian di kitab para Hakim di mana Daud ‘melanggar’ kekudusan Allah ketika memaksa meminta roti persembahan dari imam untuk dimakan dia dan pengikut-pengikutnya, yang saat itu, sedang dalam pengejaran tentara Saul, sehingga mereka sangat kelaparan (1 Samuel 21:3-6).
Roti persembahan adalah roti yang ditaruh dimeja persembahan untuk Tuhan.
Secara periodik roti itu diganti. Roti yang ‘lama’ hanya boleh dimakan oleh para imam (Imamat 24:9).
Dengan mengingatkan kejadian itu, Kristus mau mengatakan, dalam keadaan yang mengancam kehidupan, Daud dengan wibawanya mengambil tindakan yang melanggar hukum Taurat. Meskipun begitu, tidak ada yang menyalahkan dia.
Pada dasarnya, hukum dibuat bukan untuk kepentingan hukum itu sendiri tetapi untuk menjamin ketertiban dan kebahagiaan bersama.
Dalam hal ini Kristus tentu tidak membenarkan sikap ‘arogansi’ dari orang yang berkuasa untuk melawan hukum, karena tindakan seperti itu bukan untuk kepentingan bersama.
Yang mau Dia sampaikan adalah: ‘Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat’.
Tuhan memerintahkan agar orang tidak boleh bekerja di hari Sabat bukan karena hari Sabat begitu suci sehingga semua orang harus menghormatinya.
Tetapi hari Sabat dipakai sebagai hari untuk beribadat, mendengarkan dan mempelajari Firman Tuhan, sehingga kekudusan diri setiap orang dapat terus terjaga.
Melalui peribadatan, relasi antara Tuhan dan manusia dapat terus terpelihara dan menjadi dasar dan sumber kebahagiaan hidup manusia.
Lihat juga: Penampakan Kristus dalam Kehidupan Sehari-hari
Lihat juga: Hari Raya Kabar Sukacita
Kehidupan sehari-hari yang kita hadapi sering kali tidak ramah dan mudah.
Ada saatnya kita mengalami hal-hal yang sulit, menyedihkan dan mengecewakan.
Karena itu kehidupan kita seperti kapal yang berlayar di tengah lautan luas.
Badai tiba-tiba bisa bertiup yang dapat membuat kapal tenggelam. Sebagai manusia kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi.
Kita tidak tahu apakah hari ini dan besok cuaca cerah dan angin bertiup sejuk sehingga terasa nyaman, ataukah kita harus mengalami badai yang mengguncang, yang kalau tidak waspada bisa menenggelamkan hidup kita.
Akan tetapi dalam segala kelemahan dan ketidak tahuan akan apa yang akan terjadi, kita mempunyai pegangan yang kuat bahwa Allah yang Maha Kuasa sangat mencintai setiap kita.
Di dalam kasihNya Dia pasti memberi yang terbaik, baik untuk saat ini maupun untuk kehidupan kekal nanti.
Karena itu, di dalam kitab Ibrani ditulis: ‘Pengharapan (akan pertolongan kasih Tuhan) itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita’ (Ibrani 6:19, 20a).
Ketika beribadah pada hari Sabat, sesungguhnya kita sedang memperkuat sauh yang menjadi tambatan jiwa kita setelah lelah bekerja dalam sepekan.
Lihat juga: Tuhan Pasti Membantu Kita Hari Demi Hari
Lihat juga: Kasih Tuhan Terwujud melalui Pelayanan Harian Kita
Kristus tidak mengajarkan atau membiarkan para muridNya untuk melanggar hukum Taurat.
Yang Dia lakukan adalah meluruskan pemahaman hukum-hukum Allah, karena apa yang difirmankan Tuhan sesungguhnya seluruhnya untuk kebahagiaan dan kedamaian manusia.
Setiap Firman Tuhan jangan diartikan hanya sebatas apa yang tertulis (harafiah) tetapi harus dipahami maksud Allah di dalam FirmanNya tersebut.
Allah menciptakan hukum untuk menjaga kekudusan hari Sabat, bukan dengan maksud menaruh hari Sabat di atas harkat martabat kehidupan manusia.
Tidak ada gunanya Allah meninggikan hari Sabat. Yang diinginkan Tuhan, satu hari dalam sepekan, kita semua bersama-sama berkumpul untuk beribadat menyatakan syukur dan kasih kepada Tuhan serta membina persaudaraan dengan sesama murid Kristus.
Dengan demikian kekudus lan hati dan pikiran kita dapat terus terjaga sehingga kita dapat mengalami kebahagiaan sejati, sampai saatnya tiba di mana Kristus akan menyempurnakan kebahagiaan itu di Rumah BapaNya yang kekal.
Tuhan memberkati kita.
Lihat juga: Ayah yang Tidak Sempurna 2024
Lihat juga: Hidup dalam Terang Kasih Allah
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.












