
Kisah Para Rasul 5:17-26,
Yohanes 3:16-21
Shalom,
Pada bagian akhir pengajaranNya kepada Nikodemus, Kristus menguraikan bagaimana dalamnya kasih Allah kepada dunia.
‘Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal’.
Hubungan Kristus dengan Allah Bapa sangat unik. KeduaNya bersatu di dalam setiap pekerjaan.
Keunikan ini hanya ada satu-satunya, karena itulah dikatakan AnakNya yang Tunggal (hanya satu-satunya) dan karena itu sangat dikasihi.
Lihat juga: Dibaptis: Diangkat Menjadi Anak Allah
Lihat juga: Ngormatin Sohib Jesus Sama Seperti Ngormatin Allah
Meskipun begitu, Bapa rela mengutus PuteraNya itu untuk hidup sebagai manusia dengan segala keterbatasan dan kelemahan-kelemahannya, demi mengajarkan apa yang dikehendakiNya agar manusia hidup berbahagia.
PuteraNya itu bahkan direlakan wafat disalib, suatu kematian yang saat itu dianggap sangat hina dan ditakuti.
Begitu besar cinta Allah kepada dunia. Yang dimaksud ‘dunia’ dalam hal ini adalah semua manusia, termasuk yang hidupnya melawan kehendak Allah.
Jadi Allah mencintai kita bahkan ketika kita masih terjerat dalam segala dosa.
Lihat juga: Menyatakan Kedalaman Kasih
Lihat juga: Cinta Kasih Tuhan Mentahirkan Keluarga
Di dalam cintaNya, Allah mengutus PuteraNya bukan untuk menghukum tetapi untuk menyelamatkan dunia, karena dengan segala dosa dan kelalaian, sesungguhnya kita mendatangkan malapetaka dan penderitaan untuk diri sendiri.
Karena itu, siapa yang mau percaya dan berusaha melakukan apa yang diajarkan Kristus akan selamat, akan menemukan kembali kebahagiaan sejati.
Tetapi yang menolak, sama dengan menolak pertolongan Tuhan, sehingga pasti mengalami penderitaan.
Jadi bukan Allah yang menghukum kita, tetapi penderitaan itu terjadi karena penolakan akan pertolongan Tuhan yang ingin menyelamatkan. Yang menghukum kita adalah perbuatan-perbuatan kita sendiri, bukan Allah.
Lihat juga: Kristus Menggenapi Hukum Taurat
Lihat juga: Menyatakan Iman dalam Perbuatan
Tuhan datang di dalam kehidupan kita untuk menunjukkan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan, agar kita sadar akan kesalahan-kesalahan itu dan mau memperbaikinya dengan mengikuti petunjuk-petunjukNya.
Jadi Dia datang bukan untuk menghukum.
Diapun berkenan ‘mengulurkan tangan’ untuk membantu kita keluar dari jerat dosa.
Tinggal kita yang memutuskan sendiri, apakah mau percaya kepada ajaran-ajaranNya dan menerima pertolonganNya, atau menolaknya.
Lihat juga: Tuhan Setia Mengirim Pertolongan
Lihat juga: Jangan Melupakan Kasih Allah
Mahkamah Agama melarang murid-murid Kristus berbicara dan bersaksi tentang Kristus yang telah bangkit dari alam maut (Kisah Para Rasul 4:18).
Tetapi para rasul tetap dengan berani dan bersemangat mewartakan kebenaran itu.
Karena itu Imam Besar dan orang-orang Saduki menangkapi para rasul dan memasukkan mereka ke penjara untuk kembali diadili.
Tetapi pada malam harinya, malaikat Tuhan datang, membuka pintu-pintu penjara dan membawa mereka semua keluar penjara dengan selamat.
Tetapi setelah dibebaskan, malaikat berpesan agar mereka kembali mewartakan Injil di Bait Allah (Kisah Para Rasul 5:19-20).
Pesan ini aneh. Dengan menyuruh mereka kembali mengajar di Bait Allah, jelas mereka akan mudah ditangkap kembali.
Di sini para rasul dihadapkan kepada pilihan, apakah mau tetap percaya pada pesan Allah atau menggunakan kesempatan itu untuk meninggalkan Yerusalem, menyelamatkan diri.
Ternyata mereka memilih tetap percaya, meskipun tidak mengerti dan perbuatan itu terlihat sangat bodoh.
Lihat juga: Sohib Yesus Bilang ke Gue: Dasar Lu Orang Kurang Percaya!
Lihat juga: Percaya Pada Kehidupan Setelah Kematian
Ketika Imam Besar pada paginya mengundang Mahkamah Agama untuk mengadili para rasul, mereka dibuat sangat terkejut karena ternyata para rasul sudah tidak ada di penjara, meskipun pintu penjara tetap terkunci dan penjaga-penjaga ada di tempatnya.
Sebagai orang-orang ‘rohani’ seharusnya mereka sadar bahwa kuasa Allah telah bekerja atas para rasul.
Mereka tentu dapat melihat tanda-tanda bahwa Allah memang berkenan terhadap apa yang dilakukan para rasul.
Tetapi, karena sudah dikuasai iri hati dan kekawatiran kehilangan kekuasaan, mereka seperti buta.
Mereka mengabaikan tanda-tanda Ilahi itu. Terang (kehendak Allah) sesungguhnya telah ditunjukkan begitu nyata, tetapi mereka tetap memilih kegelapan, karena apa yang telah mereka lakukan, khususnya terhadap Kristus, segalanya penuh dengan kekejian dan kelicikan.
Mereka nekad tetap berada di dalam kegelapan, karena di dalam terang mereka sangat kawatir segala kejahatan mereka terlihat sehingga harus menerima hukuman yang sangat berat.
Padahal terang ditunjukkan bukan karena Tuhan ingin menghukum, tetapi untuk menyadarkan mereka.
Lihat juga: Bertobatlah, Manfaatkan Kerahiman Tuhan
Lihat juga: Berpuasa untuk Mendengarkan Kehendak Tuhan
Kadang kitapun memilih untuk berbuat seperti para imam kepala itu.
Sekalipun tahu bahwa perbuatan yang dilakukan tidak sesuai dengan ajaran Kristus, kita tetap nekad melakukannya dengan beribu alasan.
Kita dapat berpikir bahwa semua orang juga melakukan hal yang salah itu sehingga tidak merasa salah kalau ikut melakukannya.
Atau merasa bahwa ajaran Tuhan tidak masuk akal, tidak mungkin dapat dilakukan.
Terang sesungguhnya telah datang menyinari tetapi kita sering menolak datang kepada terang itu dan lebih memilih berjalan dijalan kegelapan.
Lihat juga: Memilih Jalan Kehidupan
Lihat juga: Terang Kristus Dalam Kegelapan
Kristus datang sebagai Terang di tengah kegelapan dunia.
Dia membuka segala kepalsuan, kemunafikan dan menunjukkan jalan untuk kembali masuk ke dalam rancangan sempurna Allah.
Tetapi dengan kehendak bebas dan akal budi, setiap orang dapat memilih sendiri apakah mau taat dan percaya kepada Kristus meskipun kadang ajaran-ajaranNya seperti tidak masuk akal, bodoh dan aneh.
Dalam berbagai kesempatan, kita harus memilih, mau bersikap seperti Imam Besar dan para pengikutnya, atau seperti para rasul.
Mari kita terus berdoa memohon kekuatan dan perlindungan Tuhan.
Mari kita saling menguatkan dan mengingatkan, agar pada saat harus memilih, kita berteguh memilih untuk hidup dalam terang kasih Tuhan, sekalipun belum mampu memahaminya.
Tuhan memberkati kita.
Lihat juga: Kebaikan Tuhan via Korek Gas
Lihat juga: Memaknai “Tanda” Sesuai Kehendak Tuhan
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.