Berpuasa untuk Mendengarkan Kehendak Tuhan

Ibrani 5:1-10, Markus 2:18-22

Shalom,

Ketika Kristus dengan murid-muridNya sedang makan bersama orang-orang yang dianggap pendosa di rumah Lewi, orang-orang Farisi bertanya kepada murid-muridNya, mengapa Kristus mau bergaul akrab dengan para pendosa yang seharusnya dikucilkan.

Setelah mendapat jawaban yang tidak terbantahkan dari Kristus, mereka mempermasalahkan murid-muridNya yang tidak berpuasa pada saat orang-orang Farisi dan murid-murid Yohanes Pembaptis berpuasa.

Dengan segala cara orang-orang Farisi berusaha mencari kesalahan Kristus, untuk mempermalukanNya, tetapi Kristus menggunakan kesempatan itu untuk menyatakan kebenaran.

Lihat juga: Berpuasa untuk Berubah

Lihat juga: Berpuasa untuk Memperbaiki Relasi dengan Allah

Taurat nabi Musa mewajibkan semua orang untuk berpuasa satu kali dalam setahun, yaitu pada hari Pendamaian (Imamat 16:29).

Tujuannya: merendahkan diri di hadapan Tuhan dan mohon pengampunan atas segala perbuatan dosa.

Dalam perkembangannya beberapa kelompok orang Yahudi menambahkan sendiri hari-hari untuk berpuasa.

Orang-orang Farisi biasa berpuasa pada setiap hari Senin dan Kamis. Hal ini kemudian dijadikan kebiasaan yang diwariskan ke anak cucu dan dianggap sebagai tradisi yang wajib dilakukan, seperti hukum-hukum yang ada dalam Taurat nabi Musa.

Tetapi puasa yang semula dimaksudkan untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan, untuk mau mendengar suara Allah dan memohon kekuatan agar dapat melakukan kehendakNya, malahan berubah menjadi suatu kebanggaan diri karena telah berbuat sesuatu yang lebih baik dari hukum Taurat.

Oleh karena itu dengan berpuasa, mereka ‘menuntut’ Allah membalas kebaikan itu dengan mendengarkan dan mengabulkan apa yang mereka inginkan, atau untuk mendapatkan upah berupa berkat yang berlimpah (Lukas 18:12).

Tujuan berpuasa menjadi terbalik dari tujuan sebenarnya.

Lihat juga: Paus Fransiskus Ajak Doa Puasa untuk Perdamaian 2 Maret

Lihat juga: Sembunyiin Kalo Lagi Puasa dan Ngepantang!

Pada kenyataannya, saat ini ada banyak orang yang berpuasa dengan tujuan dan sikap hati seperti orang-orang Farisi.

Berpuasa digunakan untuk meminta Tuhan mendengarkan dan mengabulkan keinginannya, bukan untuk mendengarkan apa yang dikehendaki Tuhan.

Akibat buruknya, ketika ternyata Allah mempunyai kehendak lain, orang menjadi sangat kecewa dan ‘merobek’ imannya.

Inilah yang dimaksud Kristus seperti kain yang belum susut, ditempelkan pada kain tua.

Akibatnya robekan pada kain akan menjadi semakin parah.

Suatu perbuatan baik yang ‘ditempelkan’ pada sikap iman yang keliru.

Akibatnya iman bukan semakin teguh tetapi semakin rapuh.

Lihat juga: Menyatakan Iman dalam Perbuatan

Lihat juga: Iman di Saat Tidak Mampu Mengerti

Murid-murid Yohanes Pembaptis juga sering berpuasa, mengikui gaya hidup Yohanes yang memang sejak muda memilih menjadi pertapa di padang gurun.

Kristus tidak melarang murid-muridNya berpuasa, tetapi Dia ingin mengembalikan hakekat berpuasa yang sebenarnya.

Dia tidak menentang hukum Taurat, tetapi mengkritisi tradisi berpuasa yang dipaksakan orang-orang Farisi kepada banyak orang.

Lihat juga: Kristus Menggenapi Hukum Taurat

Lihat juga: Pastor Kopong: Kehadiran Gereja Katolik Jadi Kegelisahan Ahli Taurat Zaman ini

Orang-orang Israel yang telah berabad-abad menantikan kedatangan Mesias, memposisikan diri mereka di hadapan Tuhan seperti pengantin wanita yang menanti-nantikan kedatangan mempelai pria, yang akan membawanya kekehidupan baru yang lebih berbahagia.

Dengan menggunakan cara berpikir ini, Kristus mau mengatakan bahwa Dialah Mesias yang telah dinantikan.

Dialah Pengantin pria yang akan membawa semua orang yang mau percaya kepadaNya kekehidupan baru yang berbahagia, dengan cara berpikir dan sikap hati yang baru.

Para muridNya adalah sahabat-sahabat ‘Pengantin Pria’ yang ikut bergembira di dalam pesta pernikahan untuk merayakan kedatangan mempelai pria.

Jadi pada saat mereka ada bersamaNya mereka tidak perlu berpuasa dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku secara umum.

Akan tetapi kalau Pengantin Pria sudah berangkat, sahabat-sahabatnya perlu berpuasa sesuai dengan hukum Taurat.

Lihat juga: Ilmuwan Temukan Fakta Baru Relikwi Rasul Filipus dan Yakobus

Lihat juga: Tujuh Hidangan Khas Natal Keluarga Indonesia

Para rasul yang setiap hari siang dan malam ada bersama Kristus, telah meninggalkan pekerjaan dan keluarganya untuk terus mendengarkan dan menghayati apa yang dikehendaki Tuhan, langsung dari Sang Sabda itu sendiri.

Jadi selama mereka bersama Kristus, siang dan malam mereka sudah melakukan apa yang menjadi tujuan sebenarnya dari berpuasa: mendengarkan kehendak Allah dan melatih diri mentaatinya. Tetapi kelak, ketika Kristus telah naik ke surga, mereka harus berpuasa sesuai hukum Taurat agar mereka tetap punya kepekaan untuk menangkap kehendak Tuhan.

Lihat juga: Melakukan Kehendak Allah

Lihat juga: Memaknai “Tanda” Sesuai Kehendak Tuhan

Kristus rela datang ke dunia dan menjadi manusia, karena Dia ingin memulihkan relasi antara Tuhan dengan manusia, yang telah rusak karena segala dosa yang kita lakukan.

Melaui Dia dan dengan perantaraan Dia, kita dimampukan kembali untuk lebih mengenal Allah dan tahu rancangan-rancanganNya yang membawa kedamaian abadi.

Dalam Kitab Ibrani dicatat tentang peran seorang Imam Besar.

Tugasnya adalah untuk mempersembahkan kepada Tuhan, persembahan-persembahan syukur dan korban-korban pertobatan dari umat.

Untuk menjadi Imam Besar, orang itu haruslah pilihan Allah dan tidak bisa mengambil tugas kehormatan itu untuk dirinya sendiri (Ibrani 5:1, 4).

Kristus adalah Imam Besar karena Dia dipilih oleh Allah.

Pada saat Dia dibaptis, Allah bersabda: ‘Inilah AnakKu yang terkasih, kepadaNyalah Aku berkenan (Matius 3:17).

Atau dalam kata lain: ‘AnakKu engkau! Engkau telah Kuperanakan pada hari ini’ (Mazmur 2:7).

Dengan demikian, segala pengorbanan puasa yang kita lakukan, dapat kita haturkan kehadapan Allah dengan perantaraan Kristus, di dalam JalanNya dan melalui persatuan dengan korban Kristus yang sempuna dan berkenan kepada Bapa.

Lihat juga: Biarawati Asal Ambon Maknai Ziarah ke Rumah Allah Bapa Saat Jalan Sama Biksu Thudong dari Jakarta ke Candi Borobudur

Lihat juga: Mengampuni, Diampuni Allah Bapa

Berpuasa adalah suatu sarana yang disediakan dan dikehendaki Tuhan agar kita semakin dekat denganNya, semakin peka mendengar kehendakNya dan lebih mampu serta mau melakukan apa yang dikehendakiNya.

Sebagai murid-murid Kristus, kita harus mempunyai motivasi berpuasa seperti yang diajarkan Kristus.

Janganlah berpuasa dijadikan sarana untuk menuntut Allah mendengarkan kita, tetapi jadikanlah berpuasa untuk dapat lebih peka mendengar bimbingan Tuhan, sehingga apapun yang dibiarkan Allah terjadi, dapat lebih kita pahami dan syukuri.

Berpuasa tidak bisa lepas dari pertobatan karena dosa membuat kita tidak mampu memahami kehendak Allah.

Karena itu lembutkanlah hati saat berpuasa dan bukan malahan berseru-seru meminta Allah mengikuti kehendak kita.

Tuhan memberkati kita.

Lihat juga: Allah Melihat Segala yang Tersembunyi

Lihat juga: Menjadi Wajah Belas Kasih Allah


Discover more from HATI YANG BERTELINGA

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

  • Related Posts

    Diutus untuk Membawa Kedamaian
    • July 6, 2025

    Yesaya 66:10-14C Galatia 6:14-18 Lukas 10:1-9 Shalom, Setelah sebelumnya Kristus memanggil, memberi kuasa dan mengutus ke 12 rasul untuk mulai mewartakan Injil, maka tahap berikutnya Kristus memanggil dan mengutus 70

    Kristus Selalu Ada di Tengah Kita
    • July 3, 2025

    Efesus 2:19-22 Yohanes 20:24-29 Shalom, Pada hari Minggu pertama setelah wafatNya di kayu salib, Kristus menampakkan diri kepada para rasul yang sedang bingung, takut, sedih dan patah harapan. Tetapi Thomas,

    Leave a Reply

    Spiritualitas

    Pendidikan Bernafas Eros

    Pendidikan Bernafas Eros

    Mengasihi Tuhan Fondasi Kemanusiaan

    Mengasihi Tuhan Fondasi Kemanusiaan

    RIP Paus Fransiskus, Sosok Membelah Opini Publik

    RIP Paus Fransiskus, Sosok Membelah Opini Publik

    Kardinal Suharyo Ajak Umat Katolik Jadi Manusia Paskah

    Kardinal Suharyo Ajak Umat Katolik Jadi Manusia Paskah

    Alleluya Kristus Bangkit; Awas Halelupa Halelupa

    Alleluya Kristus Bangkit; Awas Halelupa Halelupa

    Yesus Menemani & Menopang Penderitaan Kita

    Yesus Menemani & Menopang Penderitaan Kita

    Menjadi Wajah Belas Kasih Allah

    Menjadi Wajah Belas Kasih Allah

    Syarat Dari Katolik ke Agama Lain, Lalu Ingin Menjadi Katolik Lagi

    Syarat Dari Katolik ke Agama Lain, Lalu Ingin Menjadi Katolik Lagi

    Sukacita Pertobatan

    Sukacita Pertobatan

    Mengembangkan Kerohanian

    Mengembangkan Kerohanian

    Discover more from HATI YANG BERTELINGA

    Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

    Continue reading