16 March 2025

Berpuasa untuk Memperbaiki Relasi dengan Allah

2
ash

Yoel 2:12-18, 2 Korintus 5:20-6:2, Matius 6:1-6, 16-18

Shalom,

Mulai hari ini sampai hari raya Paskah, gereja Katolik di seluruh dunia mengajak kita bersama-sama selama 40 hari berpuasa untuk menyatakan pertobatan.

Kita mau memperbaiki relasi kasih dengan Allah dan sesama yg telah rusak karena dosa. Kita mau semakin merasakan belas kasih Allah dan mensyukurinya dengan mengasihi sesama.

Lihat juga: Berpuasa untuk Yesus

Setelah dengan kasih dan kuasa Allah yang sangat dahsyat, bangsa Israel dibebaskan dari perbudakan keji di Mesir, mereka harus berjalan selama 40 tahun di padang gurun untuk sampai dan menempati Tanah Terjanji yang indah dan makmur.

40 tahun adalah masa peralihan yang harus dijalani bani Israel untuk mendapat kehidupan baru yang berbahagia. Mereka harus melepaskan segala berhala yang disembah saat hidup di Mesir, untuk menyembah Yahwe sebagai satu-satunya Allah.

Lihat juga: Ragi Orang Farisi dan Herodes

Setelah dosa-dosa kita ditebus Kristus dengan nyawaNya, setiap tahun, selama 40 hari dalam setahun kita diajak bersama-sama membersihkan diri dari segala bentuk penyembahan berhala yang telah menjadikan harta, kekuasaan dan kenikmatan hidup duniawi sebagai allah yang kita sembah.

Kita hanya mau taat dan percaya kepada Kristus, yang dengan kasihNya selalu membimbing agar pada saatnya kita boleh dilayakkan masuk ke dalam Rumah Bapa yang penuh kedamaian.

Lihat juga: Dalam Perlindungan Tuhan

Segala ketidaktaatan kepada Kristus telah merusak relasi kita dengan Dia yang sangat mengasihi kita. Karena itu dengan berpuasa kita mau mengikuti seruan Santo Paulus: ‘Berilah dirimu untuk didamaikan dengan Allah’ (2 Korintus 5:20).

‘Jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah yang (selama ini) telah kamu terima (2 Korintus 6:1)

Lihat juga: Imanuel: Allah Menyertai Kita

Kristus mengajarkan 3 tindakan yang dapat memulihkan relasi kasih kita dengan Allah dan sesama: Memberi sedekah, berdoa, dan berpuasa (Matius 6:2, 5, 16). Semuanya harus dilakukan dengan ketulusan hati.

‘Jangan kamu melakukan kehendak Allah dihadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang disurga’.

Lihat juga: Prapaskah Bersama St. Fransiskus Assisi: Kerajaan Allah Ada di Sini

Kalau kita melakukan segala yang baik tetapi dengan tujuan untuk mendapat pujian atau sebagai pencitraan diri demi popularitas, maka upah yang kita terima, maksimal adalah seperti tujuan yang dikehendaki. Artinya jangan berharap mendapatkan upah lagi dari Tuhan.

Tetapi kalau kita melakukannya dengan tujuan memulihkan relasi dengan Allah, maka Diapun akan berbelas kasihan, mengampuni dosa-dosa dan kelalaian-kelalain kita serta menganugerahkan hati yang baru yang penuh kasih dan kedamaian.

Lihat juga: Retret Suci: Beginilah Cara Santo Fransiskus Menjalani Prapaskah

HukumTaurat menetapkan ada satu hari dalam setahun untuk berpuasa yaitu pada hari Pendamaian (Imamat 23:27). Orang-orang Yahudi lalu terbiasa menambahkan beberapa hari lain untuk berpuasa secara suka rela.

Pada hari-hari itu mereka tidak makan dan minum, tidak mandi dan berdandan dengan tujuaan untuk merendahkan diri dihadapan Tuhan dan memperoleh belas kasihanNya. Tetapi tujuan ini kemudian berubah dan dipakai untuk menunjukkan kepada orang banyak akan ‘kesalehan’ dirinya.

Lihat juga: Prapaskah Bersama St. Fransiskus Assisi: Bergulat dengan Pencobaan

Nabi Yoel dipakai Allah untuk menegur kemunafikan seperti itu: ‘Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu. Berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia Pengasih dan Penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman Nya’ (Yoel 2 13). Allah sedih ketika harus menghukum kita yang tersesat.

Dalam pengajaranNya, Kristus pun menegaskan hal ini: ‘Apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada ditempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu’.

Lihat juga: Ngormatin Sohib Jesus Sama Seperti Ngormatin Allah

Di dalam misa Rabu Abu, dahi kita akan diolesi oleh abu. Tujuannya bukan untuk memperlihatkan bahwa kita sedang berpuasa tetapi untuk mengingatkan agar selalu bersikap rendah hati dihadapan Tuhan.

Jangan pernah merasa lebih tahu dibandingkan Tuhan untuk memperoleh yang terbaik.

Lihat juga:  Tuhan Menerima Diri Kita Apa Adanya

Jangan pernah merasa diri lebih bijaksana sehingga berusaha memaksa Tuhan untuk selalu mengikuti kehendak kita, tetapi percayalah bahwa Tuhan selalu memberi yang terbaik dan rancanganNyalah yang sempurna.

Abu yang dioleskan mengingatkan bahwa kita semua berasal dari abu dan dalam waktu relatif singkat akan kembali menjadi abu.

Kehidupan di dunia sangat fana dan tanpa Roh Allah, kita sungguh hanya makhluk yang tidak berarti.

Lihat juga: Prapaskah Bersama St. Fransiskus Assisi: Rencana Allah untuk Kita

Marilah kita bertekad dan berusaha untuk memanfaat kan masa puasa ini dengan sebaik mungkin untuk semakin mendekat dan mengenali Allah, dengan lebih banyak berdoa, merenungkan FirmanNya, berpuasa dan bersedekah.

Berdoa bukan hanya untuk diri sendiri atau keluarga, tetapi berdoalah juga agar semakin banyak orang mau bertobat dan melepaskan berhala-hala yang mereka sembah.

Lihat juga: Relasi Mesra dengan Allah

Bersyukurlah atas kesempatan yang masih diberikan Tuhan untuk bertobat dan wujudkanlah pertobatan dengan menghasilkan buah-buah nyata berupa perbuatan kasih, agar saat Bapa memanggil kita pulang, Dia berkenan melayakkan kita untuk masuk kedalam kebahagiaan abadi bersama Kristus dan orang-orang kudusNya.

Selamat memasuki masa puasa.

Tuhan memberkati kita.

Lihat juga: Sembunyiin Kalo Lagi Puasa dan Ngepantang!

2 thoughts on “Berpuasa untuk Memperbaiki Relasi dengan Allah

Leave a Reply