
Mikha 7:14-15, 18-20, Lukas 15:1-3, 11-32
Shalom,
Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tidak dapat menerima pendekatan Kristus kepada para pemungut cukai dan orang-orang yang dianggap berdosa. Bagi mereka, orang-orang berdosa harus dikucilkan supaya kebiasaan-kebiasaan buruk mereka tidak ditiru dan untuk memberi efek jera.
Menanggapi kegusaran orang-orang Farisi itu, Kristus memberikan suatu perumpamaan yang indah tentang bagaimana sikap Allah terhadap para pendosa.
Lihat juga: Ragi Orang Farisi dan Herodes
Ada seorang ayah yang mempunyai dua anak laki. Suatu kali, anak yang bungsu datang kepada ayahnya. Dengan kasar dia meminta ayahnya memberi warisan yang menjadi ‘haknya’.
Di dalam masyarakat Yahudi, harta warisan hanya dapat dibagi setelah kematian seorang ayah.
Lihat juga: Ayah yang Tidak Sempurna 2024
Dengan memaksa untuk mendapatkannya segera, sama saja si bungsu mengharap agar ayahnya cepat mati. Perbuatan ini sangat kurang ajar dan pasti menyakitkan hati ayahnya.
Setelah mendapat warisan, si bungsu menghabiskan waktu dan hartanya dengan berfoya-foya bersama teman-temannya.
Tetapi kemudian terjadi bencana kelaparan di seluruh negeri. Si bungsu juga jatuh melarat.
Lihat juga: RIP Ompung Pastor Anselmus, Sahabat Anak Bina Iman Santa Clara
Teman-temannya meninggalkan dia dan akhirnya demi mempertahankan hidup dia harus bekerja sebagai seorang hamba di peternakan babi seorang tuan.
Pekerjaan ini suatu pekerjaan yang sangat hina, karena bagi orang Yahudi, babi dianggap hewan najis.
Lihat juga: Ngubah Hati Najis Jadi Berkat
Setelah beberapa waktu, dalam penderitaannya si bungsu sadar bahwa harkat, martabat dan taraf kehidupannya jauh lebih buruk dibanding hamba-hamba yang bekerja di tempat ayahnya. Karena itu dia bertekad untuk kembali ke rumah bapanya.
Dia tahu dengan memaksa meminta warisan, berarti dia sudah memutuskan hubungan keluarga dengan ayahnya.
Lihat juga: Sikap Asertif Selesaikan Konflik Keluarga
Namun dengan meminta maaf, dia berharap mendapat belas kasihan ayahnya dan diperbolehkan bekerja sebagai salah satu hamba di tempat usaha ayahnya.
Bukan lagi sebagai anak. Dia siap menerima resiko pahit atas dosa besar yang telah dia lakukan terhadap ayahnya.
Lihat juga: Ayah Ibu Miliki Peran Sama dalam Asuh Anak
Si bungsu tidak merasa bahagia ketika tinggal bersama bapanya. Semua terasa menjemukan. Dia yakin di luar rumah bapanya ada kebahagiaan yang sangat menjanjikan.
Itulah yang membuat dia menjadi begitu tega menyakiti ayahnya. Tetapi ketika kenyataan hidup jauh dari yang diharapkan, dia menyesal dan dapat melihat serta merindukan kebahagiaan yang pernah dialami di rumah bapanya.
Hal seperti inilah yang sering terjadi pada diri kita: tidak dapat mensyukuri limpahan anugerah-anugerah Allah melalui kasih sayang orang-orang terdekat kita (pasangan hidup, orang tua, anak-anak), melalui pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
Kita baru dapat menghargai dan merindukannya disaat telah kehilangannya!
Lihat juga: Mengampuni, Diampuni Allah Bapa
Ayah yang telah sangat terluka karena perbuatan anak bungsunya, ternyata tetap mengasihi anaknya.
Setiap hari dia berharap anaknya pulang, sehingga dia sering menatap jalanan menuju rumahnya dengan harap-harap cemas anaknya itu pulang.
Karena itu ketika si bungsu datang, dari jauh dia sudah melihatnya. Hatinya hancur ketika melihat pakaian anaknya yang compang-camping, kotor dan bau.
Lihat juga: Tips Cegah Pelecehan Seksual Pada Anak
Karena itu sebelum anaknya mengungkapkan penyesalannya, dia sudah mengampuninya.
Dia segera memerintahkan hamba-hambanya untuk mengambilkan pakaian terbaik untuk anaknya. Dia rela memeluk dan mencium anaknya yang sangat kotor dan bau.
Lihat juga: Melakukan Kehendak Allah
Perumpamaan yang disampaikan Kristus ini memberi gambaran, betapa besar kerahiman Bapa kita di surga.
Sekalipun kita sering menolak bimbinganNya, meskipun kita tega menyakiti dan mengecewakan Dia, tetapi kasihNya di atas segalanya.
Kalau kita mau datang mengakui kesalahan dan memohon ampun, Dia akan mengampuni dosa-dosa kita.
Lihat juga: Yesus Mendidik Orang Berdosa, Bukan Dirajam
Hal inilah yang sangat disyukuri nabi Mikha: ‘Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milikNya sendiri, yang tidak bertahan dalam murkaNya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia?. Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapus kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut’ (Mikha 7:18-19).
Lihat juga: Dengarkanlah Kristus
Melalui perumpamaan ini, Kristus memberi gambaran tentang kerahiman Allah.
Itulah jawaban Dia terhadap kegusaran orang-orang Farisi. Dengan sikapNya yang mau merangkul para pendosa, Kristus mau menunjukkan bahwa Dia sungguh Putera Allah, karena kerahiman Tuhan itu tampak jelas pada diriNya.
Lihat juga: Bersujud di Hadapan Kristus
Ketika anak yang sulung tahu bahwa ayahnya membuat suatu pesta untuk menyambut kedatangan adiknya, dia merasa ayahnya telah berbuat tidak adil kepadanya.
Dia marah sekali dan tidak mau menghadiri pesta itu. Sikap si sulung ini adalah sikap para orang Farisi.
Lihat juga: Kepedulian kepada Sesama
Mereka berusaha mentaati semua hukum Taurat dengan teliti seperti apa yang tertulis, supaya bisa mendapat upah berupa berkat-berkat dari Tuhan.
Tetapi mereka tidak mempelajari sifat-sifat Allah yang Maha Rahim dan Pengasih, yang selalu membukakan pintu pertobatan dan kesempatan berubah bagi orang-orang berdosa.
Lihat juga: Dosa Tidak Pernah Bercanda, Kristus Telah Menebus Kita
Bagaimana sikap hati kita selama ini? Apakah kita sungguh dapat mensyukuri dan menikmati kasih Allah melalui keluarga, pekerjaan dan pelayanan-pelayanan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita?
Bertobatlah kalau selama ini kita begitu sering mengeluh dan menyesali Allah, karena semakin sering mengeluh dan melihat segalanya salah, adalah tanda-tanda hati dan pikiran kita semakin dikuasai si iblis.
Lihat juga: Kerendahan Hati dan Pertobatan
Bertobatlah agar jangan sampai kita mengalami kepahitan seperti si bungsu.
Ampuni kesalahan dan cobalah memahami sesama agar kerahiman Tuhan tampak dalam diri kita dan pada saatnya kita boleh dilayakkan masuk ke dalam pesta syukur di rumah Bapa.
Tuhan memberkati kita.
Lihat juga: Dihakimi, Dimusuhi, Dihina, Segera Mengampuni!
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.