Lima Dampak Buruk Perfeksionis

HATIYANGBERTELINGA.COM – Banyak orang ingin menjadi yang terbaik, melakukan segala sesuatunya dengan benar, dan melebihi ekspektasi.

Dalam banyak hal, perfeksionisme sering dilihat sebagai kekuatan, sifat yang mendorong kesuksesan dan kemajuan.

Namun, bagaimana jika pengejaran kesempurnaan tanpa henti ini secara perlahan-lahan berdampak buruk bagi kesehatan kita?

Lihat juga: Dampak Minuman Manis pada Jantung

Lihat juga: Dampak Menggaruk Gatal Pada Kulit

Bagi sebagian orang, keinginan untuk mencapai hasil yang sempurna dapat menyebabkan frustrasi, kecemasan, dan pada akhirnya depresi.

Meskipun mengejar kesempurnaan terkadang dapat membantu kita mendorong batas-batas kemampuan kita, hal ini juga dapat menjebak kita dalam siklus kekecewaan daìn keraguan diri yang tidak ada habisnya.

Berikut lima alasan bagaimana sebenarnya perfeksionisme berkontribusi pada perjuangan kesehatan mental sebagaimana yang dibagikan TimesofIndia, dilansir Selasa (8/4/2025).

Lihat juga: Tiga Dampak Bullying Anak Berawal dari Rumah

Lihat juga: Dampak Bagi Anak Makan Sambil Main Gawai

1. Menetapkan standar yang mustahil

Orang yang perfeksionis sering kali berharap terlalu banyak dari diri mereka sendiri kadang-kadang lebih dari yang dapat dicapai oleh siapa pun secara realistis.

Tidak peduli seberapa besar usaha yang mereka lakukan, itu tidak pernah terasa cukup.

Perasaan tidak cukup yang terus menerus ini menyebabkan frustrasi dan kelelahan, membuat mereka lebih mungkin mengalami depresi.

Ketika kesuksesan selalu tampak jauh dari jangkauan, mudah sekali untuk merasa putus asa.

Lihat juga: Mengatasi Kecemasan dan Serangan Panik

Lihat juga: Dokter Lahargo: Emosi yang Tidak Dikendalikan akan Menimbulkan Masalah, Ini Tujuh Tips Mengatasinya!

2. Menunda-nunda sesuatu karena takut

Ironisnya, perfeksionisme dapat menyebabkan penundaan. Ketakutan untuk tidak melakukan sesuatu dengan sempurna membuat kita sulit untuk memulainya.

Ketika tenggat waktu semakin dekat, stres meningkat, dan tekanan menjadi luar biasa.

Siklus menunda tugas, merasa bersalah, dan menghadapi kecemasan ini hanya menambah tekanan emosional, sehingga membuat depresi lebih mungkin terjadi.

Lihat juga: Lima Kiat Kurangi Kecemasan dari Berita Buruk

Lihat juga: Kelola Pernapasan Bantu Kurangi Kecemasan

3. Mengaitkan harga diri dengan kesuksesan

Bagi banyak orang yang perfeksionis, rasa harga diri mereka sepenuhnya terbungkus dalam pencapaian mereka.

Jika mereka tidak memenuhi ekspektasi mereka yang tinggi, mereka merasa gagal-bukan hanya dalam sebuah tugas, tapi juga sebagai pribadi.

Harga diri yang rapuh ini membuat mereka lebih rentan terhadap perasaan tidak mampu yang mendalam, sehingga meningkatkan risiko depresi.

Ketika setiap kesalahan kecil terasa seperti kegagalan pribadi, sulit untuk merasa nyaman dengan diri sendiri.

Lihat juga: Kiat Jalankan Diet Nyaman

Lihat juga: Tips Atasi Trauma Hal Kompleks

4. Selalu mengejar tujuan berikutnya

Orang yang perfeksionis tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah mereka capai-selalu ada tujuan lain yang harus dicapai. Tidak peduli seberapa banyak yang telah mereka capai, sepertinya tidak pernah cukup.

Tekanan yang terus menerus untuk melakukan lebih banyak hal ini menyebabkan kelelahan, stres, dan, pada akhirnya, depresi.

Tanpa kemampuan untuk berhenti sejenak dan menghargai kemajuan mereka, mereka akan merasa lelah dan hampa.

Lihat juga: Cara Mengatasi Overthinking

Lihat juga: Lima Tips Mengatasi Suntuk Meski Tugas Menumpuk

5. Takut mengecewakan orang lain

Orang yang perfeksionis sering kali memikul beban yang berat: Takut mengecewakan orang lain.

Mereka memberikan banyak tekanan pada diri mereka sendiri untuk memenuhi harapan-baik dari keluarga, teman, atau masyarakat.

Ketika mereka merasa gagal, rasa malu dan terisolasi akan muncul. Beban emosional ini dapat berdampak serius pada kesehatan mental, sehingga membuat depresi lebih mungkin terjadi.

Lihat juga: Tujuh Arti Mimpi Diselingkuhi Gambarkan Situasi Emosional

Lihat juga: Kiat Pahami Kembang Sosial Emosional Anak


Discover more from HATI YANG BERTELINGA

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

  • Related Posts

    Cara Atasi Ngorok Supaya Tidur Pulas

    HATIYANGBERTELINGA.COM – Mendengkur atau ngorok secara medis dikenal sebagai “snoring”, sering kali hanya dianggap gangguan tidur ringan. Namun, suara napas yang keras saat tidur itu bisa menjadi gejala kondisi yang

    Tiga Kiat Jaga Kehangatan Relasi Asmara

    HATIYANGBERTELINGA.COM – Dalam menjalani hubungan jangka panjang kerap menghadapi berbagai persoalan seperti mudah merasa bosan, mudah tersinggung atau bahkan masalah kecil mudah membesar. Pelatih hubungan, motivator dan penulis Javal Bhatt

    Leave a Reply

    Spiritualitas

    Kultus Orang Kudus Bukan “Paganisme Disulap”

    Kultus Orang Kudus Bukan “Paganisme Disulap”

    Menguasai Lidah (Rekaman Pewartaan Mimbar)

    Menguasai Lidah (Rekaman Pewartaan Mimbar)

    Berkat Imam, Kuasa Rahmat Kristus Mengalir dalam Kehidupan

    Berkat Imam, Kuasa Rahmat Kristus Mengalir dalam Kehidupan

    Pendidikan Bernafas Eros

    Pendidikan Bernafas Eros

    Mengasihi Tuhan Fondasi Kemanusiaan

    Mengasihi Tuhan Fondasi Kemanusiaan

    RIP Paus Fransiskus, Sosok Membelah Opini Publik

    RIP Paus Fransiskus, Sosok Membelah Opini Publik

    Kardinal Suharyo Ajak Umat Katolik Jadi Manusia Paskah

    Kardinal Suharyo Ajak Umat Katolik Jadi Manusia Paskah

    Alleluya Kristus Bangkit; Awas Halelupa Halelupa

    Alleluya Kristus Bangkit; Awas Halelupa Halelupa

    Yesus Menemani & Menopang Penderitaan Kita

    Yesus Menemani & Menopang Penderitaan Kita

    Menjadi Wajah Belas Kasih Allah

    Menjadi Wajah Belas Kasih Allah

    Discover more from HATI YANG BERTELINGA

    Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

    Continue reading