
Kisah Para Rasul 3:1-10, Lukas 24:13-35
Shalom,
Pada hari Minggu pertama setelah Kristus wafat, setelah mengikuti ibadat Paskah Yahudi di Bait Allah, dua orang murid Kristus dengan patah harapan memutuskan untuk pulang ke kampung mereka di Emaus, yang letaknya sekitar 2 jam perjalanan.
Salah seorang dari murid itu bernama Kleopas. Istri Kleofas, Maria adalah salah satu dari 3 wanita yang berada di bawah kayu salib ketika Kristus disalibkan (Yohanes 19:25).
Dalam perjalanan, ketika sedang bercakap-cakap, Kristus menampakkan Diri dan bergabung dengan mereka.
Lihat juga: Ada Kuasa Allah dalam Kata-kataNya
Lihat juga: Beritahukanlah Segala yang Yesus Perbuat Padamu
Seperti Maria Magdalena kedua murid itu tidak mengenali Kristus dengan Tubuh RohaniNya yang berbeda dengan penampilan sebelumnya (1 Korintus 15:44).
Selain itu, saat itu mereka yakin Kristus benar-benar telah wafat, telah selesai, karena hari itu sudah hari ketiga kematianNya.
Bagi orang-orang Yahudi, seseorang dianggap benar-benar sudah meninggal kalau sudah 3 hari tidak ada tanda kehidupan apa-apa lagi darinya.
Awalnya Kristus bertanya kepada mereka, apa yang sedang mereka bicarakan yang membuat mereka begitu sedih.
Lihat juga: Dari Getsemani ke Golgota
Lihat juga: Bersama Yesus Pergi Beritakan Injil ke Tempat Lain
Mereka bercerita tentang Kristus, seorang Nabi yang berkuasa dalam perbuatan dan perkataan, tetapi diserahkan para imam kepala kepada penguasa Roma untuk disalibkan: ‘Padahal kami mengharapkan bahwa Dialah yang akan membebaskan bangsa Israel (dari penjajahan Roma)’.
Setelah mendengarkan kekesalan dan kesedihan mereka, Kristus mulai mengajarkan mereka apa yang tertulis dalam Kitab Taurat dan para nabi, bahwa Mesias (Juru Selamat), memang harus mengalami penderitaan untuk masuk ke dalam kemuliaanNya (Yesaya 53:12).
Setelah mendengar keterangan-keterangan Kristus, harapan di hati mereka tentang Kristus yang telah redup, kembali berkobar-kobar. Tetapi mereka tetap belum dapat mengenaliNya.
Lihat juga: Mensyukuri Kebangkitan Kristus
Lihat juga: Alleluya Kristus Bangkit; Awas Halelupa Halelupa
Saat telah sampai di Emaus, mereka sangat mendesak Kristus untuk tinggal bermalam di rumah mereka karena saat itu hari sudah menjelang malam.
Waktu Kristus makan malam dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan kemudian memberikannya kepada mereka.
Pada saat itulah mata mereka terbuka dan mengenali bahwa ‘Teman seperjalanan mereka’ adalah Kristus.
Mereka mengenaliNya karena apa yang dilakukan Kristus mengingatkan mereka apa yang dilakukanNya saat membuat mujizat pergandaan roti dan ikan (Lukas 9:16) dan di perjamuan terakhir Kristus dengan para rasul yang telah mereka dengar (Lukas 22:19).
Lihat juga: Ilmuwan Temukan Fakta Baru Relikwi Rasul Filipus dan Yakobus
Lihat juga: Berani Membela Iman dan Menjadi Saksi Kristus
Tetapi di saat mereka mengenaliNya, Kristus menghilang dari pandangan mereka.
Meskipun begitu, hati mereka yang tadinya penuh kesedihan dan patah harapan, berubah menjadi penuh suka cita.
Dengan bersemangat mereka kembali ke Yerusalem untuk bersaksi di depan para rasul.
Apa yang terjadi pada Kleofas dan temannya saat bertemu Kristus dapat disimpulkan dalam 4 tahapan: pencurahan isi hati mereka, keterangan Kristus tentang Mesias yang diambil dari Kitab Suci, pemecahan roti dalam perjamuan makan dan kesaksian mereka di depan para rasul dan murid-murid lain.
Lihat juga: Menjadi Murid yang Sama Seperti Yesus Sang Guru
Lihat juga: Yesus Mencela Kedegilan Hati Murid-Nya
Ke 4 tahapan itulah yang ada dalam perayaan Ekaristi yang kita sering rayakan saat ini.
Dimulai dengan pengakuan dosa dan memohon pertolongan atas apa yang menjadi ‘beban’ kehidupan kita (atau orang lain) saat ini, sebagai ‘curhat’ (curahan hati) kita kepada Tuhan.
Kemudian kita diteguhkan melalui pembacaan Kitab Suci dan penjelasannya melalui khotbah, seperti Kristus menjelaskan Kitab Suci kepada Kleofas dan temannya.
Berikutnya, kita diajak mengalami perjamuan bersama Kristus yang memecah-mecahkan roti dan memberikan roti dan anggur yang telah diubah oleh kuasa Roh Kudus menjadi Tubuh dan Darah Kristus sendiri, kepada kita (konsekrasi, komuni).
Pada tahap terakhir, kita diutus untuk bersaksi tentang kasih dan kuasa Kristus serta ajaran-ajaranNya di manapun kita berada.
Lihat juga: Ekaristi: Roti Kehidupan Abadi dan Sakramen Kesatuan
Lihat juga: Seri TPE 2020: Ketaatan Para Pelayan Biasa Ekaristi
Setelah perayaan Pentakosta Yahudi berakhir, pada suatu hari Petrus dan Yohanes yang telah memperoleh pencurahan Roh Kudus, pergi ke Bait Allah.
Di halaman Bait Allah mereka bertemu seorang pengemis yang kakinya lumpuh sejak lahir.
Teman-temannya setiap hari mengusung dia ke tempat itu, supaya dia bisa meminta sedekah dari para peziarah.
Ketika melihat Petrus dan Yohanes datang, pengemis itu meminta sedekah dari mereka.
Lihat juga: Membawa yang Lumpuh ke Hadapan Kristus
Lihat juga: Kamu Wajib Saling Membasuh Kaki
Digerakkan oleh Roh Kudus, Petrus dan Yohanes berkata kepadanya: ‘Emas dan perak tidak ada padaku tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: “Demi nama Yesus Kristus orang Nazaret itu, berjalanlah” (Kisah Para Rasul 3:6).
Terjadilah mujizat, karena saat itu juga pengemis itu lepas dari kelumpuhannya sehingga dia melonjak-lonjak kesenangan dan memuji-muji Allah.
Pengemis itu tidak mendapatkan uang yang ia inginkan tetapi dia mendapat apa yang paling dia butuhkan dalam hidupnya: bebas dari kelumpuhan kakinya.
Lihat juga: Menghadirkan Kerajaan Allah
Lihat juga: Menjadi Saksi Kehadiran Kristus
Kleopas dan temannya sangat berharap Kristus akan membebaskan mereka dari penjajahan Roma.
Mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan itu, tetapi Kristus memberi yang paling mereka (dan kita semua) butuhkan dalam kehidupan: keselamatan yang mendatangkan kebahagiaan dan kedamaian baik di dunia saat ini maupun dialam kekal.
Di dalam kasih, Allah pasti mendengarkan setiap doa kita. Tetapi dengan kuasaNya sebagai Yang Maha Tahu, Allah tidak selalu memberi apa yang kita mau.
Yang Dia berikan adalah yang paling kita butuhkan. Kita sering kecewa ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi sadarilah, Allah tidak hanya mau menyenangkan, tetapi yang terpenting menyelamatkan hidup kita.
Lihat juga: Kristus Mempersatukan dan Menyelamatkan Kita
Lihat juga: Salib Kristus Menyelamatkan Kita
Iman dan kepekaan untuk menangkap apa yang dinaugerahkan Tuhan kepada kita, tidak cukup dengan mendengarkan Firman saja, tetapi kita membutuhkan persatuan dengan Kristus, dengan menyantap Tubuh dan DarahNya.
Kleopas dan temannya, bercakap-cakap sekitar dua jam dengan Kristus, tetapi mereka belum dapat mengenaliNya. Mereka baru mengenali ketika bersantap bersama Dia.
Dengan lebih mengenal Kristus, kita dapat mengubah sikap hati dan cara berpikir menjadi seperti Dia, sehingga damai sejahtera dapat selalu kita nikmati.
Tuhan memberkati kita.
Lihat juga: Melayani dengan Ketulusan Hati
Lihat juga: Kerendahan Hati dan Pertobatan
Discover more from HATI YANG BERTELINGA
Subscribe to get the latest posts sent to your email.